Peneliti dan Ahli Bidang Reproduksi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Taufiq P Nugraha menjelaskan testis bisa mengandung SARS-CoV-2 karena infeksi virus bersifat viremia.
Viremia adalah virus berada dalam aliran darah. Taufiq mengatakan ada kemungkinan virus bisa masuk ke dalam aliran darah menuju testis. Sesungguhnya testis memiliki lapisan penyaring, yaitu mekanisme blood testis barrier atau sertoli cell barrier.
"Tugasnya menjaga molekul asing masuk ke dalam testis tapi mekanisme ini tidak kuat dan masih memungkinkan virus masuk," kata Taufiq saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (8/5).
Taufiq juga menjelaskan dari sisi biologis, Testis melarang sistem kekebalan tubuh untuk masuk agar menjaga perkembangan sel sperma. Hal ini disebut dengan testicular immune privilege.
Jadi ada mekanisme imunosupresi di dalam testis. Untuk menjaga sistem kekebalan mengganggu proses pembentukan sel sperma. Karena sel sperma bersifat imunogenik (merangsang sistem kekebalan)," kata Taufiq.
Taufiq mengatakan virus di dalam air mani bukanlah kasus baru. Penyakit Zika dan Ebola juga terdeteksi di sperma
Dihubungi terpisah, Ahli Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman juga mengakui ada virus Zika, Ebola, Hepatitis B, hingga HIV yang terdeteksi di sperma. Akan tetapi, ia mengatakan riset SARS-CoV-2 di sperma ini masih harus didalami dengan jumlah sampel yang lebih banyak.
"Karakter biologis sperma (blood testis barrier) tidak sempurna untuk bisa menyaring virus yang menginfeksi darah," ujar Dicky.
Dicky menjelaskan testis melarang imun masuk untuk menjaga perkembangan sel sperma agar tidak terganggu akibat respons imun yang bisa melukai sel sperma.
"Dari sisi imunologis memang suasana di testis dibuat lebih autoantigenic agar perkembangan sel sperma tidak terganggu akibat harmful autoimmune responses. Tapi di sisi lain jadi memudahkan masuknya virus," tutur Dicky.
Oleh karena itu, Dicky menyarankan agar menggunakan alat kontrasepsi kondom saat hendak berhubungan seks untuk menghindari potensi penularan Covid-19. Akan tetapi, ia kembali menekankan bahwa hasil riset belum membuktikan adanya penularan Covid-19 melalui hubungan seks.
"Ini mengindikasikan agar selain membiasakan bermasker, maka pada penderita Covid-19 setelah pemulihan sangat dianjurkan memakai kondom jika berhubungan dengan istri," ujar Dicky.
Sebelumnya, Ilmuwan China mendeteksi virus corona di dalam air mani pria atau sperma yang terinfeksi Covid-19. Hanya saja masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah virus tersebut bisa ditularkan secara seksual atau tidak.
Temuan dari penelitian terhadap pasien virus corona di rumah sakit China diterbitkan pada hari Kamis di jurnal medis JAMA Network Open. Virus corona jenis baru yang disebarkan melalui tetesan pernapasan atau kontak dan virus juga telah terdeteksi dalam feses, saliva, dan urine.
(jnp/DAL)
No comments:
Post a Comment