Monday, May 4, 2020

Komet, Hujan Meteor, Asteroid 15 Ramadan di Langit Pekan Ini

Jakarta, CNN Indonesia -- Komet, hujan meteor, hilangnya Merkurius, hingga asteroid mendekati Bumi pada 15 Ramadan akan menjadi fenomena langit yang menghiasi langit pekan ini.

Menariknya, terdapat sejumlah meteor yang akan melintasi Bumi pada pekan ini. Menurut tabel data NEO Earth Close Approaches, ada lima asteroid (2009 XO, 2020 JE, 2020 JF, 2020 HM4, 2016 HP6) yang mendekat ke arah Bumi pada 7 Mei 2020. 

Selanjutnya ada satu asteroid (2020 HB6) yang mendekati Bumi pada 8 Mei, dan asteroid 2020 HC6 bergerak mendekati Bumi pada 9 Mei 2020. Asteroid-asteroid itu diklasifikasikan sebagai asteroid Apollo yang diameternya 16 meter hingga 470 meter.


Selain itu, terdapat dua komet yang melintas pada pekan ini dekat Bumi. Kedua komet itu adalah komet Swan dan Halley. Komet Swan akan jadi komet paling terang sepanjang tahun ini, sementara komet Halley menyebabkan hujan meteor di langit Bumi.

Berikut sejumlah fenomena langit yang bisa disaksikan pekan ini.


1. Komet Swan, 2-18 Mei
Cover Fokus Komet LovejoyIlustrasi komet. (Astari Kusumawardhani)

Komet Swan bisa diamati pekan ini. Namun, sebenarnya komet ini bisa diamati sejak 2 Mei lalu hingga 18 Mei mendatang. Komet SWAN bakal terlihat mulai pukul 05.00-05.45 WIB dan bisa diamati menggunakan kamera DSLR

Komet merupakan batuan kecil yang berada di Tata Surya dan diselimuti es. Saat mendekati Matahari, komet akan melepaskan debu dan gas yang tampak seperti ekor. 

Menurut prediksi pihak Bosscha, komet SWAN memiliki kecerahan mencapai 6 magnitudo pada pertengahan bulan Mei. Sehingga, komet ini bisa diamati tanpa perlu alat bantu. Namun, pengamatan harus dilakukan di tempat gelap, jauh dari polusi cahaya, dan horison timur yang tidak terhalang bangunan atau pohon.


2. Konjungsi Superior Merkurius, 5 Mei

Merkurius akan berpapasan dekat dengan Matahari di langit. Hal ini akan membuat planet menghilang dan tidak akan tampak bagi pengamat di Bumi. Situs Langit Selatan mengatakan pada saat konjungsi superior, Matahari berada di antara Merkurius dan Bumi.

Ketika Merkurius sedang berada pada posisi terjauh dari Bumi, ia akan berada pada jarak 1,32 AU dari Bumi. Jika Merkurius bisa diamati, maka planet ini sangat redup dengan diameter piringan 5,1 detik busur.

Peristiwa konjungsi inferior Merkurius pada 5 Mei  menandai akhir kenampakan planet ini kala fajar dan mulai bertransisi untuk hadir kala senja dalam beberapa minggu lagi.

3. Hujan Meteor Eta Aquariid dari komet Halley, 5 Mei

BRYCE CANYON NATIONAL PARK, UT - AUGUST 12: A Perseid meteor streaks across the sky above Inspiration Point early on August 12, 2016 in Bryce Canyon National Park, Utah. The annual display, known as the Perseid shower because the meteors appear to radiate from the constellation Perseus in the northeastern sky, is a result of Earth's orbit passing through debris from the comet Swift-Tuttle. Ethan Miller/Getty Images/AFPIlustrasi hujan meteor. (Ethan Miller/Getty Images/AFP)

Dimulai tanggal 19 April - 28 Mei, hujan meteor Eta Aquariid yang berasal dari sisa komet Halley akan mencapai puncak pada 5 Mei.

Hujan meteor tersebut akan tampak tampak datang dari rasi Aquarius dan bisa diamati setelah lewat tengah malam sampai jelang fajar, sekitar pukul 01:26 WIB.

Bulan sedang menuju purnama dan terbenam pukul 03:34 WIB. LAPAN mengatakan bulan purnama akan mengganggu penglihatan ke meteor. Sebagian besar aktivitas terlihat di belahan bumi selatan. Di Belahan Bumi Utara, angka ini dapat mencapai sekitar 30 meteor per jam.

Halley, yang telah dikenal dan diamati sejak zaman kuno. Hujan meteor ini berlangsung setiap tahun dari 19 April hingga 28 Mei. Di malam puncak ini, pengamat bisa melihat 40 sampai 85 meteor yang berasal dari sisa komet Halley setiap jam dengan kecepatan 66,9 km/detik.


4. Bulan Purnama Supermoon, 7 Mei

Bulan akan terletak di belakang Bumi bila dilihat dari Matahari dan wajahnya akan sepenuhnya diterangi cahaya Matahari. Fase ini terjadi pada pukul 17:45 WIB.

Bulan purnama ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Bulan Bunga Penuh karena ini adalah waktu tahun ketika bunga musim semi muncul jumlah besar. Bulan ini juga dikenal sebagai Bulan Tanam Jagung Penuh dan Bulan Susu.

Fenomena ini juga yang terakhir dari empat Supermoon pada 2020. Bulan akan berada pada posisi terdekatnya ke Bumi dan mungkin terlihat sedikit lebih besar dan lebih terang dari biasanya.

5. Asteroid 2016 HP6, 8 Mei atau 15 Ramadan

meteorite from outer space, falling toward planet Earth, dramatic science fiction sceneIlustrasi asteroid (iStockphoto/dottedhippo)

LAPAN mengatakan asteroid 2016 HP6 akan mendekati Bumi pada Jumat (8/5) 04.49 WIB dini hari, bertepatan dengan 15 Ramadhan. Asteroid 2016 HP6 akan memiliki jarak terdekat 1,66 juta kilometer dari Bumi. Jarak tersebut sama seperti 4,3 kali jarak Bumi dan Bulan.

Asteroid memiliki kecepatan 5,72 km/detik atau sekitar 343 km/ menit.

Asteroid ini memiliki jarak perpotongan orbit minimum (minimum orbit intersection distance/ MOID) sebesar 0,0053817 SA atau 805 ribu kilometer terhadap orbit Bumi, yang mana jauh lebih kecil dari 0,05 SA atau 7,5 juta kilometer.

Namun magnitudo absolut asteroid itu lebih besar daripada +22. Oleh karena itu, objek ini tidak dapat dikategorikan sebagai objek berpotensi bahaya (Potentially Hazardous Object, PHO).

LAPAN mengatakan asteroid 2016 HP6 berukuran antara 23 hingga 52 meter. Ukuran ini jauh lebih kecil dibandingkan OR 1998 yang berukuran antara 1,8 hingga 4,1 kilometer.


6. Asteroid 388945 (2008 TZ3), 10 Mei

LAPAN mengatakan pada 10 Mei, asteroid 388945 (2008 TZ3) berdiameter 350 meter akan mendekati bumi. Asteroid akan melintas dengan jarak minimum 7,3 kali jarak Bumi-Matahari (2,8 juta km).

LAPAN mengatakan asteroid tersebut tak dapat diamati masyarakat awam yang tak memiliki teleskop besar.

Pada 10 Mei 2020, asteroid 388945 akan berada di sekitar rasi Vela (sebelah barat rasi 'layang-layang').  Diperlukan teleskop yang memiliki diameter lebih dari 20 centimeter.

Saat tengah malam, asteroid ini akan berada pada asensiorekta 10jam 02menit dan deklinasi -50,6 derajat.

"Asteroid-asteroid tersebut saat ini belum bisa diamati, kecuali pakai teleskop yang besar, seperti ATLAS," kata Koordinator Diseminasi Pusat Sains Antariksa LAPAN Bandung, Emanuel Sungging Mumpuni saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (29/4). (jnp/eks)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment