Terapi plasma darah sendiri merupakan metode yang menggunakan darah penyintas atau pasien sembuh dari Covid-19 yang kemudian disuntikkan ke pasien terjangkit virus SARS-Cov-2.
Sebab, saat terinfeksi virus corona baru, sistem imun tubuh akan mulai memproduksi antibodi, khususnya sel pelindung yang mengenali dan melawan virus. Ketika pasien dinyatakan sembuh maka antibodi akan tersimpan dengan sendirinya dalam darah.
Meski belum terbukti secara pasti, beberapa negara sudah melakukan uji coba metode plasma darah ini, yaitu: Amerika Serikat
Pemerintah negara bagian kota New York dan Houston telah menguji coba terapi plasma darah kepada lima pasien Covid-19. Rumah Sakit Methodist di Houston sudah menghimpun donor plasma sejak akhir Maret 2020. Sehari kemudian, pihak rumah sakit memberikan transfusi plasma pertama.
Di AS, pencarian donor dan terapi plasma darah diberi nama National Covid-19 Convalescent Plasma Project. Plasma dikumpulkan dari pasien yang sudah sembuh dari Covid-19. Masing-masing menyumbangkan setidaknya satu liter darah.
Nantinya sel-sel darah merah dan putih dipisahkan dan dimasukkan kembali ke dalam aliran darah si pendonor yang kaya dengan antibodi penangkal virus. Pendonor dan pasien mesti dari golongan darah yang kompatibel, seperti dilansir USA Today.
India
Selain AS, India juga telah menguji terapi plasma darah kepada pasien yang terinfeksi virus corona SARS-Cov-2. Mereka menguji seorang dokter berusia 58 tahun di rumah sakit King George Medical University. Plasma darah didonorkan oleh dokter wanita asal Kanada yang sudah sembuh dari Covid-19.
Pihak rumah sakit pun terus mengawasi perkembangan pasien itu jika diperlukan pemberian dosis lanjutan, seperti dikutip Economic Times.
Setidaknya ada tiga pasien sembuh yang sempat dirawat di rumah sakit King George Medical University dan telah menyumbangkan plasma darah mereka kepada pasien yang masih dalam masa pemulihan.
Iran
Menurut salah satu kantor berita Iran, yaitu Tehran Times, terapi plasma darah untuk pasien Covid-19 telah mengurangi jumlah kematian virus corona ini hingga 40 persen di Iran.
Menurut Ketua Proyek Terapi Plasma Iran, Hassan Abolqasemi, ada 300 orang pasien Covid-19 yang telah sembuh menyumbangkan plasma darah mereka.
"300 orang telah menyumbangkan plasma darah mereka dan hasilnya ada penurunan 40 persen jumlah kematian Covid-19 di Iran," kata Abolqasemi dikutip Tehran Times.
Abolqasemi mengklaim terapi plasma darah terbukti efektif dalam pengobatan penyakit lain seperti SARS, MERS-CoV, dan Ebola.
"Amerika Serikat mulai mengerjakan terapi plasma, belakangan ini Prancis, Jerman, dan Belanda serta beberapa negara Eropa lain juga mengikuti jejak AS. Sangat mungkin bahwa kami juga berhasil memproduksi antibodi secara eksklusif," pungkasnya.
InggrisInggris bergabung dengan tiga negara lainnya dalam pengujian terapi plasma darah kepada pasien Covid-19.
Menurut Sekretaris Departemen Kesehatan Inggris, Matt Hancock, sudah ada ratusan pendonor yang menyumbangkan plasma darah mereka untuk ditransfusikan kepada pasien terinfeksi virus corona baru.
"Ratusan orang telah berpartisipasi dalam uji coba nasional dan peningkatan pengumpulan plasma berarti ada ribuan orang yang berpotensi mendapat manfaat dari plasma itu," kata Hancock dikutip Indepedent.
(din/DAL)
No comments:
Post a Comment