Tuesday, March 31, 2020

Sejarah 100 Tahun General Motors di Indonesia Sebelum Pamit

Jakarta, CNN Indonesia -- Industri mobil di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai dari General Motors (GM) saat mendirikan pabrik perakitan Chevrolet di Tanjung Priok pada 1920.

Sangat disayangkan merek yang berjasa di dalam negeri itu mesti tertatih-tatih menghadapi zaman hingga sekarang mesti mengerucutkan diri dengan menghentikan penjualan mobil baru pada 1 April 2020.

Pabrik Chevrolet di Tanjung Priok itu awalnya hanya merakit beberapa sub-assembly kemudian menjadi mobil utuh menurut buku Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini karya James Luhulima.


Sebelum ada pabrik, semua mobil-mobil di Indonesia didatangkan utuh luar negeri (Completely Build Up/CBU) yang mayoritas merek-merek legendaris Eropa dan Amerika dengan spesifikasi mesin pembakaran dalam, di antaranya Albion, Berliet, British Daimler, Buick, Cadillac, dan Charron.

Selain itu ada Chevrolet, Darracq, Delaunay Bellevelle, Fiat, Ford, Mercedes, Minervette, Oldsmobile, Orient, Oryx, Panhard Levassor, Renault, Reo, sampai dengan Spyker.

Kemudian ada pula mobil dengan mesin uap yakni Serpollet, Locomobile, dan White Steam Car, serta mobil dengan motor listrik De Dion Bouton.

Sejak 1910-an, bisnis mobil di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) sudah berlari kencang. Perusahaan importir mobil seperti NV Velodrome, Verwey & Lugard, JA Berkhemer, dan Fuchs & Rens pada medio tersebut tumbuh pesat di kota-kota besar Indonesia seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Yogjakarta, dan Medan.

Singkat cerita, pada 1938 pabrik perakitan GM di Tanjung Priok kemudian diperbesar menyusul bertambahnya animo masyarakat terhadap mobil Chevrolet kala itu.

GM juga membuka keagenan di kota-kota besar, termasuk di Yogjakarta milik RP Soenaryo Gondokoesoemo.

Kala itu GM menjual Chevrolet, Pontiac, Cadillac, dan Buick. Namun khusus Cadillac dan Buick diimpor langsung secara utuh dari Amerika Serikat.

Melihat berkembangnya bisnis GM, sejumlah importir turut mengikuti jejaknya. Pada 1928, Fuch & Rens merakit dan menjual mobil Paccard, Chrysler, De Soto, Plymouth, Renault, dan truk Fargo.

Fuch & Rens kemudian melebarkan sayap pada 1950-an dengan merakit serta menjual mobil Mercedes-Benz.

Aset Diambil Astra

Perjalanan GM tidak selamanya berlangsung mulu, bisnis sempat terganggu agresi militer Jepang. Jepang kala itu melancarkan Perang Pasifik pada 1941-1945 yang dimulai pada 7 Desember 1941 dengan pengeboman kapal-kapal perang di Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat terbesar di Pasifik di Pearl Harbor, Hawaii,

Dari sana Jepang bergerak ke selatan dan tenggara, serta menduduki negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesua pada Maret 1942. Perang Pasifik itu berdampak kepada bisnis GM di Tanah Air.

Pada 1969 pemerintah Indonesia merilis aturan pembuat mobil dari luar negeri harus mendirikan Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) jika ingin memasarkan produk.

Pada tahun yang sama aturan direspons dengan berdirinya Udarimex sebagai pemegang merek Holden dari Australia. Kemudian ada Astra Internasional yang didirikan Wiliam Suryadjaja.

Bisnis Astra di dunia otomotif diawali dengan menyuntikkan dana ke pabrik eks GM yang diakuisisi pemerintah kemudian namanya diganti menjadi Gaja Motor (Gaya Motor). Produk pertama yang dirakit Gaya Motor adalah truk Chevrolet dan selanjutnya merek Toyota.

Pada 1970 sejumlah ATPM kembali bermunculan. Berdiri Garmak Motor (Chevrolet), Star Motor (Mercedes-Benz), dan pada 1971 Imora Motor (Honda), Toyota Astra Motor (Toyota), dan Garuda Mataram Motor (Volkswagen).

Seiring waktu mobil-mobil Amerika Serikat kian pudar. Mobil Amerika mampu bertahan mendominasi jalan di kota besar Indonesia sampai medio 1960-an kemudian mulai surut dan berangsur hilang pada 1970-an.

Keberadaan mobil Amerika Serikat digantikan merek Jepang yang masih eksis sampai saat ini. Beberapa merek Jepang yang telah hadir pada masa awal industri dalam negeri yakni Toyota, Datsun/Nissan, Mazda, Mitsubishi, Suzuki, Subaru, dan Honda.

Berpuluh-puluh tahun kemudian, GM akhirnya kembali ke Tanah Air atau tepatnya 1993 dengan menggandeng Garmak Motor. Nama perusahaan lantas berubah menjadi GM Indonesia.

Perusahaan kemudian membangun satu pabrik di Bekasi, Jawa Barat pada 1995 dan memproduksi Opel Blazer, baru setelah itu Chevrolet Blazer. Tak disangka mobil-mobil itu laku keras.

Namun masa emas GM bersama Blazer tidak berlangsung lama. Setelah mampu menjual Blazer sebanyak 3.500 unit pada 1997, pada 2001 penjualannya menyusut tajam menjadi 640 unit.

Pabrik Bekasi tersebut kemudian mati suri pada 2005. Delapan tahun berselang, pada Mei 2013, GM kembali membuka pabriknya itu dan fokus memproduksi Spin. Namun pabrik tersebut hanya dapat bertahan sampai Juni 2015 lantas bubar jalan.

Berhenti Jual Mobil Baru pada 2020

Tanpa pabrik perjalanan GM yang belakangan hanya membawahi merek Chevrolet di Indonesia terus tergerus. Pada Oktober 2019 GM memutuskan mundur dengan menghentikan penjualan per 1 April 2020 akibat tak menemukan potensi bisnis di dalam negeri.

GM menjadi merek Paman Sam kedua setelah Ford yang hengkang lebih awal pada 2016.

GM Indonesia pamit namun menyatakan komitmen tetap memegang layanan purna jual konsumen. Berdasarkan situs resmi Chevrolet, empat model terakhir yang ditawarkan adalah hatchback Spark, crossover Trax, SUV Trailblazer, dan pikap kabin ganda Colorado. (ryh/fea)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment