Dalam keterangan resmi, Presiden Direktur GM Asia Tenggara, Hector Villarreal, mengatakan keputusan itu diambil atas kajian soal potensi masa depan rencana bisnis di Indonesia.
"Di Indonesia, kami tidak memiliki skala dan jejak manufaktur domestik untuk bersaing secara berkelanjutan dalam volume segmen pasar. Faktor ini juga membuat operasi kami terdampak faktor yang lebih luas di Indonesia, seperti pelemahan harga komoditas dan tekanan mata uang asing," kata Villarreal.
Sebelum Indonesia, GM telah menghentikan penjualan di Malaysia. Setelah Indonesia, GM juga telah mengundurkan diri dari Thailand, Australia, dan Selandia Baru. Representatif GM Indonesia, Yuniadi Haksono Hartono, menjelaskan, alasan GM setop menjual mobil baru di Indonesia karena dinilai tidak akan bisa memenuhi volume penjualan yang diinginkan pada tahun-tahun mendatang. Sementara itu dikatakan sulit mengucurkan investasi buat mencapai skala penjualan yang ideal.
"Pada akhirnya, satu, kita skala atau volume tidak terlalu besar sehingga kalau investasi mobil baru ya tidak mudah. Jadi bagaimana juga bikin model baru pasti yang diperlukan volume yang cukup sehingga cost visible untuk bisa diterima di pasar sehingga perusahaan bisa survive," jelas Yuniadi kepada CNNIndonesia.com, Senin (30/3).
Penyegaran produk penting buat perkembangan bisnis perusahaan distributor merek otomotif, namun hal itu butuh investasi dengan hitung-hitungan volume penjualan yang sesuai agar bukan hanya balik modal tapi juga untung. Menurut Yuniadi perusahaan tak bisa bertahan bila pola bisnis biaya besar namun skala penjualannya kecil, sebab itu keputusan menghentikan penjualan diambil.
Yuniadi mengakui selama ini penjualan Chevrolet, satu-satunya merek mobil yang dipasarkan GM di dalam negeri, kecil.
Selain soal volume penjualan, Yuniadi juga mengatakan perkembangan nilai tukar rupiah dengan US$ tidak menguntungkan bisnis.
Sejak pabrik di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat diputuskan ditutup pada 1 Juli 2015 yang kemudian menghentikan produksi Spin, semua mobil Chevrolet yang dijual di dalam negeri merupakan produk impor. Sebagian transaksi bisnis GM Indonesia menggunakan kurs US$.
Aftersales
GM menilai bisnis jualan mobil baru tidak efektif buat jangka panjang, namun di lain sisi bisnis layanan purna jual masih punya masa depan. Sebab itu GM hanya menghentikan penjualan mobil baru di Indonesia, namun tetap melanjutkan bisnis purna jual.
"Nah kita melihat bahwa jalan terbaik ya menghentikan penjualan dan meneruskan kegiatan aftersales, karena aftersales itu komitmen kami. Kami tidak meninggalkan konsumen begitu aja," kata Yuniadi.
Menurut Yuniadi 26 dealer yang tersebar dari Sumatera Utara hingga Lombok tetap melayani kebutuhan purna jual konsumen seperti servis, suku cadang, dan klaim garansi. (fea)
No comments:
Post a Comment