Honda Prospect Motor (HPM) mengakui kekurangan komponen yang dibutuhkan untuk merakit mobil di Indonesia. HPM telah memutuskan menghentikan operasi pabrik selama dua pekan mulai 13 April.
Business Innovation and Marketing and Sales Director HPM Yusak Billy menjelaskan pihaknya mengalami 'krisis' komponen dari India dan Malaysia karena kedua negara tersebut sedang menerapkan lockdown sebagai upaya pencegahan Covid-19.
"Untuk saat ini contoh global chain yang bermasalah dari Malaysia dan India karena lockdown, jadi itu menjadi salah satu faktor," kata Yusak.
Yamaha dan Suzuki juga menangguhkan produksi selama dua pekan dengan alasan yang sama yaitu kehabisan stok komponen dari luar negeri. Keterangan itu diketahui melalui surat yang ditujukan masing-masing perusahaan ke para pemasok komponen lokal.
Yamaha sudah menyatakan bakal menghentikan pabrik mulai 3 April, sedangkan Suzuki berhenti memproduksi motor dan mobil mulai 13 April. Keduanya menutup pabrik selama dua pekan.
Produsen otomotif yang lain di Indonesia juga mengakui kekurangan pasokan komponen, namun memutuskan tetap mengoperasikan pabrik dengan berbagai penyesuaian. Daihatsu dan Toyota memilih mengurangi produksi menjadi satu shift.
Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen yang memiliki lebih dari 70 ribu anggota yang bekerja di berbagai pabrik di Indonesia memproyeksi semakin banyak produsen yang mengalami kendala dalam hal produksi.Ketua Umum Pimpinan Pusat Serikat Pekerja Automotif Mesin dan Komponen Heriyanto menjelaskan salah satu masalah utamanya adalah suplai komponen dari luar negeri. Dia menyebut produksi terkendala sebab stok komponen yang tersedia mulai habis sedangkan stok baru tak bisa disuplai.
"Jadi gini produksi sampai akhir Maret itu normal. Tapi di April, kemungkinan besar produksi otomotif baik roda dua dan empat terganggu," kata Heriyanto, Kamis (2/4).
"Paling utama suplai dari luar ke Indonesia terganggu. Rata-rata alasannya seperti itu. Suplai part dari luar ke Indonesia bermasalah sehingga April ini mereka sudah kehabisan stok jadi tidak bisa produksi," ujar dia. (ryh/fea)
No comments:
Post a Comment