Sunday, April 5, 2020

RI Diminta Cepat Tiru China Pakai Teknologi AI Tes Corona

Jakarta, CNN Indonesia -- Metode dan alat baru pendeteksi virus corona berbasis teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelijen (AI) tanpa tes darah dan swab disarankan untuk cepat diterapkan di Indonesia.

Praktisi teknologi artificial intelijen, Karim Taslim mengatakan saat ini telah berkembang metode baru berbasis teknologi untuk mendeteksi seseorang positif terinfeksi corona yang tak kalah akurat dengan tes darah atau swab seperti di China.

"Dengan AI solution telah berhasil dikembangkan alat yang membantu analisis tes corona dan telah digunakan di Wuhan, China, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi," katanya mengutip Antara, Senin (6/4).


Selama ini, kelangkaan tes Covid-19 tak hanya di Indonesia, namun di banyak negara lain di dunia bahkan China dan Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama. Selain itu, tes dengan tingkat akurasi tertinggi melalui swab yang selama ini dilakukan perlu waktu melalui uji laboratorium untuk mengetahui hasilnya.

Oleh karena itu Komisi Kesehatan Hubei di China mengklaim tidak lagi mengandalkan tes darah untuk mendeteksi Covid-19 yang hasilnya memakan waktu berhari-hari. Mereka saat ini menggunakan CT (computed tomography) scan guna melihat secara langsung organ pasien yang diduga terjangkit Covid-19.

Alat baru berbasis AI tersebut kata Karim, potensial diterapkan di Indonesia karena dapat dipasangkan ke CT scan yang umumnya sudah dimiliki semua RSUD di seluruh Tanah Air.

"Kecepatan pembacaannya hanya dalam hitungan 10 detik karena memang menggunakan teknologi Artificial Intelligence," kata Karim.

Alat tersebut diproduksi dengan nama pasar Axial AI (uAI Discover PNA) yang dikembangkan oleh Shanghai Research Center for Brain Science and Brain-inspired Intelligence bersama China Academic of Sciences, Neurobionix, dan Skymind Laboratory of Neurobionix Research.

Alat tersebut dikembangkan untuk membantu tim medis mendiagnosis pasien dengan gejala COVID-19 secara lebih cepat. Axial AI juga dapat secara otomatis menganalisis hasil foto CT scan dalam waktu 10 detik dengan akurasi lebih dari 90 persen.

[Gambas:Video CNN]

"Sistem ini secara luas telah digunakan di seluruh Wuhan, Hubei, dan provinsi lain di China," katanya.

Bahkan rumah sakit khusus COVID-19 di Wuhan yakni Huo Shen Shan dan Lei Shen Shan Hospital telah menggunakan alat ini dengan tingkat kesuksesan yang tinggi.

Axial AI ini juga dapat membantu memonitor perkembangan dari pasien COVID-19 karena bisa membandingkan hasil foto CT Scan yang tersimpan di database dengan hasil foto scan terbaru dari waktu ke waktu.

Selain itu dalam waktu singkat bisa memberikan kesimpulan apakah kondisi pasien membaik atau memburuk. Hal itu memungkinkan pasien mendapat penanganan lebih dini dan konsisten.

Alat yang bentuknya lebih kecil dari CPU dilengkapi monitor itu hanya perlu dipasangkan di CT scan untuk kemudian memindai bagian paru-paru pasien, dengan menggunakan kecanggihan AI dapat langsung diketahui hasil dari pola-pola yang terekam pada paru-paru dan ginjal pasien COVID-19 yang umumnya terganggu.

Sejauh ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang ditunjuk oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri guna mengatasi wabah Covid-19 tengah mengembangkan teknologi AI. 

Kepala BPPT Hammam Riza menyatakan pihaknya siap memulai Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19) untuk memperkuat aspek lokal.

TRFIC19, kata Hammam, memiliki rencana aksi cepat dengan lima target produk final. Yang pertama adalah Pengembangan Non-PCR Rapid Diagnostic Test. Kedua, Pengembangan PCR Test Kit, Laboratorium Uji PCR dan Sequencing. Target ketiga, penguatan sistem informasi dan aplikasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).

Keempat, Analisis dan Penyusunan Data Whole Genome COVID-19 Origin Orang Indonesia yang terinfeksi, dan kelima, Penyiapan Sarana Prasarana dan Penyediaan Logistik Kesehatan untuk Penguatan Kemampuan Penanganan COVID-19.

(antara/DAL)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment