Thursday, April 30, 2020

Respons Trump, LIPI Bicara Bahaya Disinfektan Masuk ke Tubuh

Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membeberkan zat kimia berbahaya yang terkandung dalam disinfektan untuk memutus penularan Covid-19 akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2.

Peneliti bidang kimia LIPI Joddy Arya Laksmono menyatakan zat berbahaya tersebut adalah sodium hipoklorit. Kandungan berlebih sodium hipoklorit bisa mengiritasi hidung, mata, kulit serta saluran pernapasan.

"Sodium hipoklorit biasanya digunakan sebagai zat untuk melakukan disinfektan dan sanitasi karena memiliki daya sebagai oksidator. Dalam produk pabrik yang memproduksi sodium hipoklorit, kadarnya 10,5 persen sampai 16 persen dan tidak boleh digunakan langsung karena masuk dalam kategori komponen zat kimia yang berbahaya," ujar Joddy saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (30/4).


Hal ini diutarakan terkait dengan kasus keracunan disinfektan penduduk Amerika Serikat usai Trump mengusulkan mengonsumsi cairan itu untuk menghalau virus corona. Badan Pusat Pengendalian Racun Kota New York melaporkan menangani lebih dari 30 kasus keracunan, sejak Trump melontarkan pernyataan kontroversial tersebut. Namun ketika ditanya wartawan terkait hal tersebut, Trump menyebut ia angkat tangan.

Ia mengatakan agar sodium hipoklorit harus dicampurkan atau diencerken dengan ari terlebih dahulu. Pembuatan disinfektan juga bisa dicampur dengan alkohol isopropil.

Ia juga mengatakan konsentrasi sodium hipoklorit yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 0,05 persen. Joddy mengatakan sodium hipoklorit tidak boleh dicampurkan dengan senyawa nitro dan kloro organik serta asam dan zat yang terkandung dalam produk pembersih umum seperti pembersih toilet , penghilang karat, cuka, asam, organik dan produk amonia.

Ia mengatakan sodium hipoklorit yang tercampur dengan produk di atas akan menghasilkan gas berbahaya seperti klorin dan spesies terklorinasi lainnya.

"Tidak dianjurkan penggunaan campuran sodium hipoklorit dengan asam, cuka atau produk toiletries seperti sabun, pel lantai dan produk lainnya yang sejenis," kata Joddy.

Petugas kesehatan menyemprotkan cairan disinfektan ke badan Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal Kapal Pesiar MV Dream Explorer setibanya di Pelabuhan JICT, Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (29/4/2020). Sebelum dibawa menuju hotel untuk menjalani isolasi mandiri, 359 WNI tersebut terlebih dahulu menjalani rapid test. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.Penyemprotan disinfektan langsung ke tubuh tidak disarankan, apalagi dikonsumsi atau disuntikkan ke tubuh. (ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI)

Reaksi terhadap tubuh

Joddy menjelaskan sodium hipoklorit pada konsentrasi 10,5-16 persen sangat mengiritasi selaput lendir di hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan.

Kontak yang berkepanjangan dapat menyebabkan iritasi kronis, edema paru dan depresi sistem saraf pusat. Paparan inhalasi berulang dapat menyebabkan penurunan fungsi paru-paru dan kerusakan paru-paru permanen.

Jika terhirup, maka Joddy menyarankan agar segera memindahkan orang tersebut ke udara segar, kemudian berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, maka minta orang yang terlatih memberikan oksigen.

Tak hanya ke saluran pernapasan, pemaparan dalam waktu yang lama dan berulang untuk larutan encer sering menyebabkan iritasi, kemerahan, nyeri dan pengeringan serta pecah-pecahnya kulit.

"Bukti-bukti manusia menunjukkan bahwa bahan dalam produk ini dapat menyebabkan sensitisasi kulit. Tergantung pada konsentrasi dan seberapa cepat setelah paparan kulit dicuci dengan air, kontak kulit dapat menyebabkan luka bakar dan kerusakan jaringan," tutur Joddy.

Oleh karena itu Joddy mengimbau apabila sodium hipoklorit terkena kulit atau pakaian, lepaskan semua pakaian yang terkontaminasi dan segera bilas kulit dengan banyak air selama 15-20 menit. Jika iritasi berlanjut, ulangi pembilasan.

Sodium hipoklorit juga bisa mencederai mata. Sodium hipoklorit pada konsentrasi 10-16 persen, sangat mengiritasi mata. Paparan uap bisa menyebabkan robek, konjungtivitis, dan membakar mata. Kontak mata dapat menyebabkan cedera kornea. Tingkat keparahan efek tergantung pada konsentrasi dan seberapa cepat setelah paparan mata dicuci dengan air.

"Pada kasus paparan yang parah, glaukoma, katarak dan kebutaan permanen dapat terjadi. Jika terkena mata, pegang mata terbuka dan bilas perlahan dan lembut dengan banyak air selama 15-20 menit. Lepaskan lensa kontak, jika ada, setelah 5 menit pertama, kemudian lanjutkan membilas mata selama 10-15 menit," tutur Joddy.

Joddy menjelaskan jika sodium hipoklorit pekat tertelan, maka dapat menyebabkan korosi parah dan merusak saluran pencernaan (termasuk mulut, tenggorokan, dan kerongkongan).

Paparan ditandai dengan mual, muntah, sakit perut, diare, perdarahan, dan atau ulserasi jaringan. Jika tertelan, segera hubungi pusat kendali racun atau dokter medis untuk mendapatkan saran perawatan. Bawa label produk atau MSDS saat menelepon atau pergi untuk perawatan medis.

Oleh karena itu, sesuai anjuran WHO proses disinfektasi hendaknya dilakukan untuk permukaan-permukaan sebuah benda saja seperti meja, kursi, kaca, gagang pintu, keran atau benda lainnya serta tidak dianjurkan untuk menyemprotkan secara langsung ke permukaan pakaian atau kulit manusia. (jnp/eks)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment