Hal ini diungkap Wien menanggapi kekurangan cairan reagen yang terjadi di sejumlah daerah. Padahal, tanpa cairan reagen, proses pengujian sampel swab tidak bisa dilakukan secara maksimal.
Sebelumnya, Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (USU), Medan, melaporkan kekurangan cairan kimia itu. Tak cuma di Medan, laboratorium Kemenkes di Aceh, Palembang, hingga Surabaya juga melaporkan hal serupa.
Awal pekan ini, Juru Bicara Pemerintah Untuk Penanganan Wabah Corona, Achmad Yurianto mengatakan saat ini beberapa laboratorium terpaksa berhenti melakukan pengetesan Covid-19 lantaran reagen yang belum sampai. Dilaporkan ada 37 laboratorium menghentikan deteksi virus corona karena tidak ada reagen. Untuk melakukan tes swab dengan alat PCR dibutuhkan dua jenis reagen, yaitu reagen Pra-PCR dan reagen PCR. Reagen merupakan produk impor dari Jerman, Jepang, Inggris, China dan Korea.
RS USU juga mengaku kesulitan mendapat reagent di pasar internasional mengingat cairan reaksi kimia itu dibutuhkan oleh semua negara di tengah pandemi Covid-19.
Lebih lanjut, Wien menjelaskan cara kerja reagen untuk membantu deteksi infeksi virus corona. Menurutnya, pada saat sebelum RT-PCR, dia mengatakan reagent menjadi larutan untuk menjaga agar virus atau Ribonucleic acid (RNA) genom dari virus Covid-19 tetap utuh pada sampel swab atau VTM (virus transport media).
"Kedua (sebelum RT-PCR), reagen atau kit untuk isolasi RNA virus, untuk memisahkan RNA virus dari komponen virus lain (protein dan lain-lain) atau pengotor lainnya dalam sampel," ujar Wien kepada CNNIndonesia.com, Rabu (23/4).
Sedangkan pada saat RT-PCR, Wien menuturkan reagen bersama dengan enzim Reverse Transcriptase dapat digunakan untuk reaksi reverse transcription (transkripsi balik). Ini adalah reaksi yang menyalin RNA virus menjadi cDNA (complementary atau copy DNA).Selanjutnya, Wien berkata enzim DNA-Polymerase dan komponen reagen lainnya digunakan untuk reaksi PCR, reaksi untuk amplifikasi atau perbanyakan cDNA dengan menggunakan 1 atau lebih set primer.
"1 set primer terdiri atas 1 forward primer, 1 reverse primer dan 1 probe untuk deteksi," ujarnya.
Lebih lanjut, Wien menyampaikan Indonesia sampai saat ini belum bisa memproduksi reagen atau kit untuk Covid-19. Dia mengatakan Indonesia masih harus mengimpor barang tersebut dari sejumlah negara, misalnya Taiwan, Korsel, Jerman, atau Amerika Serikat.
Dia mengaku tidak mengetahui secara pasti mengapa Indonesia tidak bisa memproduksi reagen. Namun, dia menduga belum ada inisiatif dari pihak terkait untuk membuat reagen."Dan mungkin juga (tidak ada) teknologi untuk melakukannya," ujar Wien.
Meski belum ada reagen karya dalam negeri, Wien mendapat informasi bahwa ada sebuah perusahaan rintisan atau startup di Indonesia yang sudah bisa membuat kit untuk RT-PCR. Namun, bahan-bahan untuk membuat cairan tersebut masih harus diimpor. (jps/eks)
No comments:
Post a Comment