Presiden Joko Widodo telah menyatakan melarang warga untuk mudik buat menanggulangi penyebaran Covid-19 dari kota ke desa. Larangan mudik itu berarti menghentikan pergerakan sekitar setengah juta unit mobil yang terjadi saban tahun semasa Lebaran.
Tanpa aktivitas kendaraan mudik, kebutuhan servis serta layanan lainnya seperti penjualan aksesori dan bengkel siaga tak banyak diperlukan. Hal ini memukul para pebisnis yang berkutat pada area itu.
Chori Agus, pemilik toko onderdil dan bengkel untuk banyak merek mobil, Diamond Motor, di Depok, Jawa Barat, menjelaskan, tokonya biasa ramai didatangi konsumen jelang Lebaran. Selama momen itu permintaan konsumen dikatakan beragam, mulai dari servis mobil untuk mudik atau hanya sekadar beli onderdil.
Kata Chori pada hari biasa pendapatannya sanggup menyentuh Rp1 juta per hari, kemudian meningkat menjadi Rp2 juta selama momen Lebaran.
"Nah sekarang dengan dilarang mudik, ya orang mana ada yang servis mobilnya lagi. Kalau dekat-dekat Lebaran nih biasanya dapat Rp1 juta, ya ini bisa Rp2 juta. Tapi ya mau bagaimana lagi, tujuannya kan supaya corona cepat selesai," ungkapnya.
Menurut Chori, sebelum Jokowi menyatakan dilarang mudik, tokonya sudah mulai sepi konsumen. Kata dia konsumen yang datang belakangan lebih banyak yang berlatar belakang pengguna mobil niaga dan pengemudi taksi online.
Dia menyebut selama masa wabah jarang pemilik mobil pribadi melakukan perawatan mobil atau membeli onderdil di tempatnya.
"Paling sekarang yang memang mobil itu untuk cari duit, macam mobil niaga. Saya berharap corona cepat selesai dan ekonomi kita-kita ini kembali stabil lagi," kata Chori.
Omzet Jatuh
Bukan hanya peluang bisnis Lebaran yang menguap, Chori juga mengalami penurunan omzet pada hari biasa. Dia telah menerapkan penutupan sementara toko dan bengkel karena Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB).
"Ya turun pendapatan, ada kali sekitar 50 persen. Ibarat satu hari bisa dapat Rp1 juta, sekarang paling Rp500 ribu," ungkap Chori.
Penerapan PSBB juga ditanggapi Chori dengan mengatur 10 pekerjanya masuk bergantian untuk mengurangi banyak orang berkumpul di satu tempat.
Efek negatif PSBB juga diperkirakan bakal semakin besar sebab saat ini tokonya hanya menjual stok onderdil yang masih ada. Stok onderdil baru dikatakan sulit sebab pemasok juga terpengaruh PSBB.
"Ya pemasok juga pada tutup, mau tidak mau. Jadi kalau dulu konsumen pesan barang tidak ada inden, nah sekarang mana bisa" ungkapnya.
Solusi atas keterbatasan yang dihasilkan PSBB yakni Chori sekarang lebih banyak melakukan aktivitas penjualan dengan menjemput bola. Maksudnya, servis dan pemasangan onderdil tidak dilakukan di toko melainkan di rumah konsumen.
"Jadi sekarang kalau ada yang pesan, orang bengkel kami yang antar langsung ke konsumen," kata dia. (ryh/fea)
No comments:
Post a Comment