Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengatakan gelembung ini merupakan fenomena disebabkan oleh hembusan gas (active degassing) yang keluar lewat celah-celah Gunung Anak Krakatau yang berada di bawah permukaan laut. PVMBG bahkan sudah menemukan gelembung-gelembung ini sejak 2008 silam.
"Dulu saya pernah ke Anak Krakatau dan melakukan echo sounding di sekeliling gunung. Saat itu sudah banyak juga gelembung-gelembung seperti ini. Jadi, kalau sekarang ada lagi fenomena ini bukanlah hal yang baru," kata Kepala Bidang Mitigasi PVMBG Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (1/4)
Devy mengatakan alat echo sounding digunakan untuk memetakan memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan, seperti danau hingga laut. Alat ini juga mampu menangkap objek-objek yang berada di dalam air, termasuk gelembung.
"Biasanya kita pakai untuk memetakan kedalaman permukaan dasar laut atau danau dan untuk memetakan objek-objek di dalam air, seperti gelembung, melalui sensor akustik," ujar Devy.
Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Penelitian Laut Dalam Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Nugroho Dwi Hananto menjelaskan gelembung itu disebabkan oleh sumber panas dari permukaan dasar laut yang berasal dari tubuh Gunung Anak Krakatau.
Ia menjelaskan permukaan dasar laut tersebut mengalami retakan sehingga mengeluarkan panas yang membuat air laut mendidih. Air mendidih ini membuat gelembung terlihat di permukaan air laut.
"Ada dapur magma di bawah dasar permukaan laut, kemudian dasar permukaan laut itu terdapat retakan. Kemudian retakan terisi air sehingga mendidih dan naik ke permukaan," ujar Nugroho.
Bukan Tanda Peningkatan Aktivitas Gunung Berapi
Devy menjelaskan fenomena gelembung ini tidak menandakan peningkatan aktivitas seismik Gunung Anak Krakatau. Sebab saat ini energi seismik gunung yang dipantau PVMBG tidak mengalami peningkatan.
" Dengan adanya fenomena ini, tidak cukup untuk menarik kesimpulan bahwa hal ini berkaitan dengan peningkatan aktivitas Anak Krakatau karena saat ini energi seismik yang terekam tidak mengalami peningkatan," katanya.
Senada dengan Devy, Nugroho juga fenomena ini tidak bisa dikaitkan dengan peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Ia menjelaskan aktivitas hidrotermal diiringi dengan gempa-gempa kecil.
Di sisi lain, gelembung ini hanya disebabkan oleh air yang mendidih akibat retakan di permukaan dasar laut yang berada di atas dapur magma. Selain itu, Nugroho juga mengatakan dapur magma itu belum tentu dapur magma yang mengakibatkan Gunung Krakatau meletus.
"Gunung Anak Krakatau itu ada dua dapur magma. Belum gelembung terjadidi dapur magma mengakibatkan letusan," kata Nugroho.
Fenomena alam ini ditemukan oleh Kesatuan Pengeloalaan Hutan Konservasi Kepulauan Krakatau di sisi timur Gunung Anak Krakatau.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam video tersebut, terlihat ada gelembung-gelembung air di permukaan air laut. Dilihat sekilas seperti ada dorongan dari dasar laut yang mengakibatkan gelembung di permukaan laut.
(jnp/DAL)
No comments:
Post a Comment