Friday, April 24, 2020

Facebook Luncurkan Aplikasi Messenger untuk Anak Kala Corona

Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan raksasa media sosial, Facebook merilis aplikasi Messenger yang diperuntukkan khusus untuk anak-anak. Aplikasi ini rencananya akan diluncurkan di 70 negara. Di antara 70 negara itu, Indonesia bakal kebagian aplikasi Messenger Kids.

Lewat Messenger Kids, perusahaan yang digawangi Mark Zuckerberg ini dirancang sebagai wadah belajar anak-anak dari rumah akibat pandemi virus corona SARS-Cov-2 (Covid-19).

"Karena sekolah ditutup dan kebijakan menjaga jarak, orang tua dan anak terpaksa beralih ke teknologi. Messenger Kids adalah aplikasi yang dapat membantu anak-anak terhubung dengan teman sekelas mereka namun tetap dikendalikan oleh orang tua," tulis Global Head of Safety, Antigone Davis dikutip dari laman resmi Facebook.


Dengan adanya aplikasi baru itu, para orang tua akan menerima notifikasi siapa saja teman anak mereka yang masuk ke dalam grup belajar.
Lalu mereka juga dapat menentukan siapa guru atau perwakilan orang tua yang ditunjuk sebagai admin grup, seperti dilansir The Verge.

"Kontrol orang tua adalah kunci penting dari Messenger Kids. Orang tua dapat mengelola dengan siapa anak mereka berinteraksi dan dapat memantau aktivitas anak mereka melalui fitur Parent Dashboard," kata Davis.

"Kami sangat tahu privasi dan keamanan sangat penting ketika menyangkut anak-anak di ranah online. Lewat aplikasi ini, kami bertanggung jawab untuk melindungi informasi anak-anak dengan serius," pungkasnya.

Polemik keamanan data di Facebook memang telah lama menjadi sorotan banyak kalangan. Banyak peristiwa kebocoran data yang menimpa perusahaan yang berkantor pusat di Menlo Park ini.


Misalnya, tahun 2018 lalu, ada laporan sebuah konsultan politik mendapat akses yang tidak selayaknya ke sebanyak 50 juta data pengguna mulai 2014 lalu yakni Cambridge Analytica.

Cambridge Analytica merupakan perusahaan sektor data yang dikenal dengan karena bantuannya dalam kampanye Donald Trump pada Pemilu 2016 silam. Namun seorang pejabat kampanye Trump menyatakan mereka menggunakan sumber data para pemilih yaitu simpatisan Partai Republik, bukan Cambridge Analytica.

Waktu itu, Facebook bersikeras bahwa data tersebut tidak dicuri, melainkan disalahgunakan, karena pengguna memberi izin. Itu pun memicu perdebatan tentang definisi peretas yang harus diungkapkan kepada pelanggan.

(din/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment