Tuesday, March 31, 2020

Urine Astronaut Dimanfaatkan untuk Bikin Pangkalan di Bulan

Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan peneliti internasional bekerja sama dengan Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) melakukan penelitian untuk membuat bahan baku beton dari urine dan urea astronaut dicampur dengan tanah untuk membangun pangkalan di permukaan Bulan.

Pangkalan Bulan diperlukan sebagai tempat tinggal astronaut yang bakal melakukan misi di Bulan pada 2024.

Menurut ESA, bahan baku beton yang terbuat dari campuran urine, urea manusia, dan tanah dianggap lebih praktis dan murah daripada mengirim komponen bahan bangunan dari Bumi ke luar angkasa.


Penelitian yang dihelat ESA dan sejumlah peneliti itu dipublikasikan berbentuk jurnal yang berjudul, "Utilization of urea as an accessible superplasticizer on the moon for lunar geopolymer mixtures," yang dapat diakses lewat situs ScienceDirect secara gratis.

Berdasarkan studi tersebut, pangkalan Bulan pun perlu dibangun karena permukaan Bulan jauh lebih keras dari Bumi karena fluktuasi suhu hingga radiasi yang ekstrem.

Pencampuran urea dan urine manusia dimaksudkan sebagai plasticizer yang bakal membuat tekstur beton lebih fleksibel sebelum terjadi proses pengerasan. Nantinya, semua bahan akan dicampur dan dicetak 3D.

[Gambas:Video CNN]

Saat menguji penggunaan urea dan urine sebagai plasticizer, tim peneliti menggunakan bahan yang dikembangkan ESA mirip dengan regolith atau material lepas dari permukaan Bulan.

Mereka menguji urea dengan bahan plasticizer guna mengukur seberapa besar berat yang bisa didukung. Mereka pun menguji ketahanan bahan dengan cara memanaskan material pada suhu 80 derajat celsius.

Pengujian dilakukan berulang-ulang. Para peneliti juga mencairkan bahan beton untuk mereplikasi siklus suhu ekstrem yang terjadi di permukaan Bulan.

"Air yang berasal dari urine dapat digunakan untuk campuran beton, tetapi mungkin saja ada komponen lainnya yang juga dapat digunakan untuk membentuk beton mengunakan bahan geopolimer," kata salah satu peneliti dari Universitas Norwegia, Anna-Lena Kjoniksen dikutip dari Space.com.

Misi mengirimkan astronaut Amerika kembali ke Bulan disebut memakan biaya sekitar US$20 miliar hingga US$30 miliar atau sekitar Rp287 triliun hingga Rp340 triliun.

Artemis 2024 pertama kali diumumkan oleh Wakil Presiden Amerika Mike Pence pada Maret 2019 bahwa administrasi Trump ingin mempercepat ambisi bulan NASA dan meluncurkan misi kru pertama pada 2024 bukan 2028.

Sejauh ini, NASA secara resmi hanya meminta tambahan US$1,6 miliar untuk Artemis, yang digambarkan oleh Bridenstine sebagai 'uang muka' untuk keseluruhan program. Bridenstine juga harus menang atas Demokrat yang sudah skeptis.

NASA juga berencana mengirim perempuan pertama untuk misi ke Bulan itu. Rencana ini diungkap oleh direktur komunikasi NASA Bettina Inclan. (din/mik)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment