Sebab, beberapa waktu lalu Presiden Donald Trump memasukkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan AS, yang membuat perusahaan-perusahaan teknologi Amerika terpaksa dipukul mundur dari segala produk buatan perusahaan teknologi asal China itu.
"Di masa lalu kami telah menghasilkan pendapatan dan laba besar bagi perusahaan-perusahaan AS seperti Google dan kami telah menjadi mitra yang sangat baik. Jadi, kami masih berharap bahwa kami dapat terus bekerjasama dengan Google," kata Richard Yu dikutip Wired.
"Semoga kita (Huawei) bisa mendapatkan lisensi dari pemerintah Amerika," sambungnya.
Lebih lanjut kata Yu, pihaknya masih menganggap toko aplikasi Play Store sebagai pilihan utama dan disandingkan dengan Huawei Mobile Services (HMS) untuk menawarkan lebih banyak pilihan aplikasi.
Selain itu Yu juga sempat menyinggung soal kerja sama antara tiga vendor ponsel China yaitu Xiaomi, Oppo, dan Vivo untuk membuat toko aplikasi tandingan Play Store.
Yu mengatakan saat ini perusahaan tengah mempertimbangkan rencana tersebut namun Huawei lagi-lagi masih menggantungkan harapan untuk mendapatkan lisensi produk dari pemerintah AS.
"Kami sedang mempertimbangkan itu, tetapi kami masih berharap bahwa kami bisa mendapatkan lisensi AS dan ingin bekerja sama dengan Google. Jika kami tidak bisa mendapatkannya (lisensi), maka kami akan serius memikirkannya (membuat toko aplikasi bersama dengan tiga vendor ponsel China)," pungkas Yu.
Sebelumnya, Huawei sudah mulai mengembangkan Huawei Mobile Services sejak Mei 2019 saat perusahaan masuk daftar hitam perdagangan AS dan bakal disematkan di Huawei P40.
Guna mengembangkan HMS, Huawei mesti memikirkan alternatif untuk data lokasi dan membuat asisten suaranya sendiri. Oleh karena itu, perusahaan bekerja sama dengan perusahaan spesialis kepetaan TomTom.
"TomTom menyediakan layanan lokasi untuk HMS, kami juga ingin memberikan konsumen aplikasi yang berdiri sendiri untuk navigasi. Saya berharap kerja sama dengan TomTom dapat membawa pengalaman yang lebih baik daripada Google Maps di masa depan," kata Yu dikutip Digital Trends.
Sementara aplikasi asisten suara milik Huawei diberi nama Celia sebagai pengganti Google Assistant dan Alexa (produk asisten suara milik Amazon).
(din/DAL)
No comments:
Post a Comment