Hewan yang diperkirakan populasinya terbatas ini ditemukan ikut mati bersama ratusan ekor biota lainnya. Para penyelam mengaku khawatir dengan kondisi walking shark yang juga menjadi ikon diving Kota Ternate.
Walking shark Halmahera merupakan hewan endemik Maluku Utara. Keberadaannya ditemukan di perairan Ternate dan Pulau Halmahera.
Matinya hiu berjalan secara tak wajar itu pertama kali ditemukan penyelam Nasijaha Diving Club, Willwuth Ledjab. Willwuth yang menyelam bersama rekannya di Pantai Falajawa, Kota Ternate Tengah, menemukan banyak ikan mati di permukaan hingga kedalaman 11 meter.
Jenis ikan yang ditemukan mati tak lazim antara lain damsel fish, trumpet fish, goat fish, scorpion fish, gurita, Pontoh's pygmy seahorse, hingga walking shark.
"Seahorse sempat sekarat beberapa menit, lalu mati. Walking shark ada satu ekor yang mati, ukurannya masih kecil," ungkap Willwuth kepada CNNIndonesia.com, Kamis (27/2).
Selain Pantai Falajawa, tim selam Nasijaha juga menyelam di Taman Nukila Point yang jaraknya terpisah 2 kilometer. Di Nukila, jumlah ikan yang mati jauh lebih banyak lagi. Perubahan warna air laut menjadi kecokelatan juga membuat visibility di daerah tersebut amat buruk.
"Nyelam siang tapi harus pakai senter. Ini tidak biasanya," sambung Willwuth.
Adita Agoes, dive master Nasijaha mengaku khawatir dengan eksistensi walking shark di tengah kondisi tersebut. Apalagi pada hari keempat fenomena itu, Kamis (27/2), belum ada tanda-tanda kondisi laut di pesisir Ternate membaik.
"Kami masih akan terus menyelam untuk mengecek. Mudah-mudahan tidak ada lagi walking shark yang mati," ujarnya.
Fenomena matinya ratusan ekor ikan dan berubahnya warna air laut pertama kali terjadi di perairan Pulau Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, sejak Senin (24/2) kemarin. Fenomena lantas muncul juga di perairan Ternate. Banyaknya ikan yang mati membuat pesisir Ternate dan Makian berbau busuk bangkai ikan.
[Gambas:Video CNN]
Pihak Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Maluku Utara mengimbau warga agar tak memakan ikan-ikan yang ditemukan mati di pesisir. Warga juga diminta tak membuang limbah detergen ke laut.
Pasalnya, DLH menduga salah satu penyebab fenomena tersebut adalah banyaknya kandungan fosfat yang mengakibatkan terjadinya ledakan alga (harmful alga blooming).
"Saat ini sampel ikan dan air laut sudah dikirim ke laboratorium di Manado untuk dicari tahu penyebab pasti matinya ikan-ikan ini. Paling cepat satu minggu hasilnya baru ketahuan," kata Kepala DLH Maluku Utara, Fachruddin Tukuboya.
(shr/DAL)
No comments:
Post a Comment