Ia dan tim mulai menyusuri Kabupaten Natuna pada 2010 silam. Tepatnya di Pulau Bungur Besar dan termasuk penelitian pertama Pusat Penelitian Arkeologi Nasional di masa prasejarah Natuna.
"Kami mulai penelitian di sana tahun 2020, memang penemuannya menganggetkan buat kita karena kalau kita lihat posisi Natuna yang begitu kecil. Kita menemukan begitu banyak situs," tutur Sonny.
Berikut sejumlah hasil temuan arkeologi zaman ketika tulisan belum dikenal (prasejarah) yang dihimpun para peneliti di Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
1. Batu Sindu: Jejak Awal Hunian Penduduk Natuna
Bukti hunian penduduk Natuna terdiri dari tujuh beliung di permukaan tanah, di antara blok-blok granit, kompleks ceruk Batu Sindu yang berada di Kelurahan Ranai, Pulau Bunguran.
Beliung itu terbuat dari batu lempung yang keras dan berbutir halus, beliung-beliung ditemukan berserakan dan bercampur dengan pecahan-pecahan tembikar.
"Beberapa di antaranya masih utuh, hanya sebagian dari beliung ini yang rampung dibuat karena sisanya masih dalam proses atau yang sering disebut calon beliung," kata Sonny.
Pecahan tembikar dari Situs Ceruk Batu Sindu terdiri dari tembikar slip merah polos. Di situs ini juga ditemukan jenis tembikar dengan hiasan yang disebut tatap bercap atau berukir yang banyak ditemukan di situs-situs di Asia Tenggara Daratan bahkan Malaysia.
Tak hanya tembikar tatap bercap, peneliti juga menemukan corak tembikar berhias geometris pola tumpal, sebuah corak yang populer di antara kawasan Sahuyn Vietnam dan Kalanay Filipina.
"Penemuan persamaan ini mengindikasikan bahwa Natuna masuk dalam kawasan interkasi antar pulau di perairan Laut Cina Selatan," ucap Sonny.
2. Benggong
Benggong merupakan wadah kayu berbentuk perahu lesung ditemukan di Desa Setapang, sebelah utara Kota Ranai. Peneliti menduga situs ini sebagai peti kubur.
Pemacokan di sekitar lokasi ekskavasi menghasilkan sebuah keramuk utuh, berupa mangkuk dari China saat Dinasti Yuan abad ke-13 dan 14.
"Tampaknya mangkuk itu bagian dari bekal kubur dari peti kubur yang tidak lagi tersisa rangka atau tulang belulang di dalamnya," tutur Sonny.
3. Penemuan Kerangka Manusia di Desa Sepempang dan Situs Tanjung
Di Desa Sepempang, Kecamatan Bunguran Timur, Kabupaten Natuna para arkeolog menemukan lahan wakaf di kebun kelapa dan semak belukar. Di permukaan lahan, banyak ditemukan pecahan keramik, tembikar, dan tulang belulang.
Melalui ekskavasi arkeologis yang dilakukan, ditemukan kerangka manusia pada kedalaman 40 hingga 60 Centimeter. Posisi kerangka membujur miring, kepala menghadap barat daya, orientasi kubur kepala di arah barat laut dan kaki di sebelah tenggara.
"Kedua belah tangan lurus di samping, mungkin orientasi arah hadap ke daratan dapat dipastikan rangka ini bukan Muslim," kata Sonny.
Selain di Desa Sepempang, peneliti juga menemukan kerangka manusia di Situs Tanjung tepatnya di dalam ekskavasi titik S2-T7, kedalaman sekitar 70 Centimeter.
"Tengkorak kepala relatif utuh, bagian hidung dan gigi tampak mengalami kerusakan, beberapa gigi terlepas dari rahangnya. Pada bagian pergelangan tangan kiri terdapat gelang dari runggu berjumlah 3 buah utuh, diameter yaitu 5,7 cm dan 5,8 cm," jelas Sonny.
Kekhasan dari kubur ini kata Sonny ialah adanya barang didekat kerangkanya. Barang penyerta kubur itu terdiri dari senjata logam yang terbuat dari besi.
Kendati telah berkarat, namun masih dapat dikenali. Benda kubur ini terdiri dari pisau, keris, dan tombak.
4. Batu Bayan
Batu Bayan merupakan potongan keranda kayu yang ditemukan di Pulau Bunguran, tidak begitu jauh dari Kota Ranai sekitar 12 kilometer.
Satu di antara keranda kayu Batu Bayan ini ditemukan hampir dalam keadaan utuh yang terdiri dari dua bagian. Bagian bawah menyerupai lesung dan atas adalah tutupnya.
"Keranda kayu besar ini berukuran panjang 210 cm dan lebar tengah 50 cm, terdapat 4 buah kaki di bagian bawah berbentuk persegi berukuran 11 cm x 6 cm x 3 cm," terang Sonny.
"Wadah kubur ini dilengkapi dengan tutupnya yang berlubang, mungkin untuk mengikatkan pasak atau tali, lubang antara 2 sampai 3 cm. Ukuran tutup yang tersisa panjang 130 cm, lebar 40 cm dan tebal 19 cm," lanjut dia.
Kabupaten Natuna memiliki luas wilayah 224.684, 59 kilometer persegi. Ada 7 pulau terluar di wilayah ini yaitu Pulau Kepala, Subi Kecil, Senoa, Sekatung, Sebetul, Semiun, dan Tokong Boro.
Menurut Ahli Antropologi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Djoko Marihandoro, Kabupaten Natuna terbentuk berdasarkan Undang-undang No. 53 Tahun 1999 dari hasil pemekaran Kabupaten Kepulauan Riau, Indonesia.
"Dalam perkembangannya, Kabupaten Natuna dimekarkan menjadi satu kabupaten lagi, yaitu Kabupaten Anambas di bawah Provinsi Kepri tahun 2008," kata Djoko saat acara Ada Apa Dengan Natuna di Pusat Arkeologi Nasional, Jakarta, Kamis (30/1). (din/eks)
No comments:
Post a Comment