Thursday, May 3, 2018

Masih Jadi Penyebab Kematian Utama, Modifikasi Alat Hanya ...

PROKAL.CO, Arie Ibrahim baru pulang dari Moskow, Rusia. Dosen dan peneliti senior di Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, itu jadi salah satu pembicara di seminar dunia, pada 21–22 April lalu. Berikut oleh-olehnya.

DOKTER Kaltim dapat panggung di seminar internasional. Jadi perwakilan Indonesia. Bahkan dari Asia Tenggara hanya dua dokter. Satu lagi, seorang profesor asal Malaysia.  Adalah Arie Ibrahim yang menjadi salah satu international invited speaker dalam World Congress of Minimally Invasive Neurosurgery the 4th ISMINS di NN Institute Burdenko National Medical Research Center of Neurosurgery–Moskow.

Dia berbicara selama 15 menit di ballroom. Di hadapan para praktisi dan peneliti seluruh dunia untuk sharing dan diskusi hal-hal terbarukan. Pada plenary session, Arie berbicara tentang Comparative Study of Evacuation Spontaneous Ich Between Neuroendoscopy and Craniotomy.

“Fokus saya adalah tindakan neuroendoskopi modifikasi untuk penanganan stroke. Waktu pembedahan secara signifikan dalam prosedur neuroendoskopi modifikasi lebih pendek dibandingkan dengan kraniotomi. Harga alat yang digunakan pun lebih murah. Hal itu yang menarik perhatian dunia,” kata dokter spesialis bedah saraf konsultan di RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda itu.

Banyaknya kasus stroke di Indonesia juga dipertanyakan ahli dari negara lain dalam seminar itu. Dia mengatakan, stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4 persen. Survei Kementerian Kesehatan RI terhadap 987.205 subjek dari 258.366 rumah tangga di 33 provinsi diperoleh, stroke merupakan penyebab kematian utama pada usia >45 tahun (15,4 persen dari seluruh kematian).

Prevalensi stroke di Kaltim meningkat dari tahun ke tahun secara eksponensial. Pada 2007, sebesar 8,3 per mil, menjadi 12,1 per mil pada 2013. Di negara berpenghasilan rendah sampai menengah, termasuk Indonesia, stroke merupakan penyebab kematian paling sering kedua sesudah penyakit jantung iskemik.

“Sebanyak 15–22 persen kematian dari semua pasien stroke disebabkan perdarahan intraserebral spontan (PIS). Hampir setengah dari pasien hidup mengalami cacat permanen,” jelasnya.

Stroke, papar Arie, mempunyai faktor risiko yang sering didapati. Yakni, hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah di atas angka normal), hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus (penyakit kencing manis), obesitas sentral (lingkar perut lebih dari 90 cm), merokok, dan kurang olahraga teratur.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, Pendapatan Domestik Regional (PDR) Kaltim Rp 155 juta, melejit menjadi peringkat dua nasional di bawah DKI Jakarta. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Kaltim menjadi semakin baik. Sejalan dengan itu, pola hidup, terutama pola konsumtif, dalam hal ini pola makan yang salah akan meningkat.  

Paralel dengan peningkatan daya beli masyarakat adalah meningkatnya pola makan yang salah, yakni mengonsumsi makanan kolesterol dan kalori tinggi. Rata-rata kadar kolesterol orang Indonesia mencapai 230–250 mg/dl, sama dengan kadar kolesterol penduduk Amerika Serikat.

Kemudian, lanjutnya, proporsi perokok aktif di Kaltim sebanyak 23,3 persen. Merupakan penyumbang besar terjadinya stroke. Merokok membuat darah menjadi lebih kental dan lebih mudah membeku. Berdasar data WHO, ketidakaktifan fisik terkait erat dengan 3,2 juta kematian per tahun, 70 ribu kematian dini bagi masyarakat di bawah usia 60 tahun di seluruh dunia, dan 90 persen kecacatan sebelum usia 60 tahun di negara-negara berkembang.

ALAT MODIFIKASI  

Pada kesempatan itu, Arie juga menyinggung alat modifikasi. Yakni, berupa tabung kerja transparan (transparent working sheath). Alat itu ditemukannya saat penelitian. Dia melakukan modifikasi yang dibuat dengan memotong thoracic tube steril 21 F dengan panjang 12 sentimeter dan diameter luar (OD) 7 mm, terbuat dari silastik, campuran silikon (polydimethylsiloxane) dan plastik. 

“Harga bahan silastik jauh lebih murah dari keramik atau besi. Mungkin sekitar Rp 100 ribu. Banyak yang heran karena dengan biaya murah tetap bisa melakukan tindakan maksimal,” ucap Kepala Laboratorium FK Unmul itu.

Selain di Rusia, Arie pernah diundang berbicara di beberapa negara. Dari Mumbai, Nepal, hingga Vietnam. Dia merasa senang bila hasil penelitiannya dihargai. Namun, dia tetap menyimpan asa agar semangat menggali ilmu pengetahuan dengan penelitian semakin banyak. Hal tersebut bisa diwujudkan dengan komitmen dukungan banyak pihak. (far/k11)

Let's block ads! (Why?)

Baca Dong disini

No comments:

Post a Comment