Saturday, February 3, 2018

Proper Car, Tren Modifikasi 2018

ALIRAN modifikasi terus berkembang seiring dengan tumbuhnya komunitas, industri otomotif, dan produsen aftermarket. Bagaimana dengan tren modifikasi 2018 di Indonesia? 

Gaya modifikasi akan sangat dipengaruhi oleh selera pemilik kendaraan dan pengaruh komunitas. Oleh karena itu, beberapa gaya modifikasi yang ngetren tahun 2017 akan muncul kembali, di antaranya Japanese domestic market, street racing, klasik, hella flush, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi, asosiasi modifikasi pertama dan terbesar di Indonesia, National Modificator and Aftermarket Association (NMAA), memprediksi aliran modifikasi ekstrem tidak akan terlalu mencuat. Justru, gaya modifikasi simpel dengan pendekatan fungsionalitas dan mengutamakan kenyamanan berkendara akan sangat digandrungi tahun ini. 

”Tren modifikasi tahun ini lebih ke proper yang menambah kenyamanan dan fungsi. Saya yakin tahun 2018 arahnya industri modifikasi yang proper. Mobil yang bisa berfungsi, enggak cuma patung doang atau hanya ikut kontes, tetapi enggak bisa digunakan,” tutur Founder NMAA Andre Mulyadi di sela-sela konferensi pers persiapan NMAA menjelang Osaka Automesse 2018 pada 10-12 Februari 2018 di Osaka, Jepang, Kamis, 25 Januari 2018.

Dia menilai, modifikasi mobil secara ekstrem di Indonesia akan tetap banyak, tetapi gaya proper car mulai digandrungi, terutama di kota-kota besar dan sudah merata. Sementara itu, di daerah-daerah masih perlu diedukasi, apalagi semakin jauh dari Pulau Jawa, standar modifikasinya pun akan sedikit berbeda.

Tahun 2017, pihaknya melakukan edukasi berupa training workshop di delapan kota besar di Pulau Jawa dan Balikpapan. Dia menekankan pentingnya memodifikasi mobil yang proper sesuai dengan fungsinya. 

Seperti halnya Mercedes-Benz E250 W212 milik Chandra Kenzo yang terpilih mewakili tren proper car scene berciri khas Indonesia pada Osaka Automesse 2018 pada 10-12 Februari 2018 di Osaka, Jepang. Mobil yang sepenuhnya dimodifikasi Ladas Garage asal Yogyakarta itu mengedepankan unsur custom nan rapi.

”Mobil Mercy itu, misalnya, arahnya fungsional. Enggak cuma patung doang, tetapi bisa digunakan. Mercy itu di sisi mesin ada customize turbo yang fungsional. Ada rem besar, tetapi fungsional,” tuturnya.

Membesarkan aftermarket lokal

Ternyata, memodifikasi mobil beraliran proper car lebih sulit daripada modifikasi ekstrem dan berantakan. Proses memodifikasi Mercy itu membutuhkan waktu sekitar 6-7 bulan. Apabila modifikasi ekstrem, sekaligus proper, waktunya akan lebih lama.

Kustomisasi proper car tak hanya menunjukkan gaya modifikasi sang pemilik kendaraan, tetapi juga membesarkan industri aftermarket lokal. Terlebih, ungkap Andre, potensi sumber daya manusia Indonesia lebih murah daripada di Jepang sehingga ketika bikin body kit terstandardisasi, kekuatan pasarnya akan luar biasa. 

”Kalau mereka jual body kit Rp 160 juta per set, kita bisa bikin dengan standar yang sama dengan harga Rp 38 juta, mereka akan bubar. Itu yang harus diedukasi. Makanya kita bikin training workshop untuk mengedukasi pasar. Kalau pasar ini kuat, industri akan kenceng,” ujarnya. 

Di samping itu, NMAA juga memberikan edukasi kepada bengkel-bengkel untuk membuat desain sendiri. Desain itu diarahkan untuk kontes modifikasi November 2018 nanti, di mana modifikator memodifikasi mobil APM, tetapi dengan desain asli Indonesia.

”Kalau bikin kit sendiri, tentunya akan jadi industri bukan cuma kontes. Kami mau mengedukasi brand aftermarket dan bengkel modifikasi bahwa peluang itu bukan hanya di kontes, tetapi skala industri,” ujarnya.***

Let's block ads! (Why?)

Baca Dong disini

No comments:

Post a Comment