Friday, February 2, 2018

Modifikasi Belum sesuai Ekspektasi

Makan Konate. Foto: Kris/Sumatera Ekspres

Bagi publik pecinta sepak bola Indonesia, Makan Konate identik dengan gelandang serang. Tugas ini yang selalu diemban saat perkuat Barito Putera dan Persib Bandung beberapa tahun lalu. Dia begitu eksplosif dan menjadi roh permainan kala itu. Kini, di Sriwijaya FC posisinya dimodifikasi menjadi gelandang sayap.

——

Modifikasi tugas Makan Konate tampak di tiga pertandingan penyisihan Grup A Piala Presiden 2018. Selama pertandingan dilaksanakan di Gelora Bandung Lautan Api, Gede Bage, Bandung, 16-26 Januari 2018, gelandang berpaspor Mali ini menyisir pinggir lapangan. Dia lebih banyak beroperasi di sisi kanan penyerangan Sriwijaya FC ketimbang menusuk dari tengah. Mengingat, tusukan dari tengah diberikan kepada Adam Alis. Konate baru kembali ke habitatnya jika Adam ditarik keluar di tengah pertandingan.

Pelatih Sriwijaya FC Rahmad Darmawan punya alasan sendiri mengapa Konate harus ditugaskan di gelandang sayap. Dia menolak modifikasi ini dianggap dadakan atau lebih dikenal dengan istilah eksperimen. Mengingat, kerja sama Konate dengannya sudah lama terjalin. Dua musim bersama di T-Team Malaysia mengarungi ketatnya persaingan di Malaysia Super League. Selama itu juga, modifikasi posisi untuk Konate dilakukan. Jika gak di gelandang serang ya gelandang sayap bahkan menjadi striker juga pernah.

“Saya nggak bereksperimen soal Konate, karena Konate sering main di posisi gelandang sayap bahkan striker saat di T-Team Malaysia dengan saya. Artinya kualitas Konate nggak diragukan main di posisi itu (gelandang sayap, red) dengan taktik yanhg kita siapkan,” ungkap RD, sapaan karib Rahmad Darmawan.

Arsitek yang pernah berikan titel double winners untuk Sriwijaya FC pada musim 2007/2008 ini menjelaskan, modifikasi posisi Konate bukan karena stok pemain di gelandang sayap kurang. Dia mengklaim cukup. Ada Yogi Rahadian dan Mohammad Nur Iskandar, serta Manuchehr Jalilov. “Gelandang sayap sangat cukup apalagi kalau Esteban (Vizcarra) dan Beto (Alberto Goncalves) sudah selesai naturalisasinya,” ucap suami Dinda Ety ini.

Lalu kenapa Konate tetap digeser ke gelandang sayap jika stok pemain di sana cukup? “Keseimbangan permainan menyerang dan bertahan adalah salah satu alasan saya memainkan Konate di sana sekaligus ada taktik tertentu. Inti dari taktik itu adalah memberi ruang pemain lain mengisi tempat saat ada pergerakan dari Konate. Sementara kemampuan Konate yang endurancenya bagus dan punya skill diharapkan bisa membantu permainan yang seimbang antara menyerang dan bertahan. Dari penilaian saya, game terakhir lawan PSMS Medan paling baik di antara tiga game kita di penyisihan grup,” terang pelatih berjuluk The Hat Man karena kebiasannya memakai topi ini.

Lain RD lain pula penilaian penikmat bola sekaligus penyokong Sriwijaya FC. Salah satu suporter Sriwijaya FC dari kelompok Singa Mania menilai Konate belum berkontribusi maksimal dari tiga pertandingan penyisihan grup dengan tugas barunya itu. “Kalau melihat posisi Konate di sayap masih belum maksimal tapi itu semua pasti ada pertimbangan dari pelatih dengan menempatkan Konate di wing kanan,” ujar Ketua Singa Mania Ariyadi Eko Neori ini.

Eko juga belum berani menilai lebih baik mana saat Konate berseragam Persib Bandung dengan saat bela panji Sriwijaya FC. Mengingat, eksplosifitas Konate di Persib dengan posisinya sebagai gelandangan serang atau striker lubang ini sukses antarkan Persib juara Indonesia Super League 2014 dan Piala Presiden 2015. “Kalau masalah penampilan lebih baik di Persib atau tidak saya belum bisa komentar soalnya dia baru beberapa kali main di laga resmi. Tapi kalau masalah penampilan sejauh ini, Konate lumayan sudah mulai padu dengan tim. Hanya memang Konate kelihatannya tidak cocok di posisi itu (gelandang sayap),” ujar Eko yang berharap Konate bisa berkontribusi lebih di Sriwijaya FC. (kmd/ion)

Berita Lainnya!

Let's block ads! (Why?)

Baca Dong disini

No comments:

Post a Comment