Nantinya, salah satu produk perusahaan induk Alphabet Inc akan mengurangi jumlah video teori konspirasi itu. Namun perusahaan tetap membolehkan video teori konspirasi soal 5G tapi tidak dikaitkan dengan virus corona Covid-19.
"Kebijakan kami sudah jelas, kami melarang mempromosikan video yang tidak berdasar secara medis soal virus corona," kata Juru Bicara Youtube seperti dikutip The Verge dari The Guardian.
"Kami akan membatasi konten tersebut karena dapat memberikan informasi yang salah kepada pengguna," pungkasnya.
Lebih lanjut, juru bicara Youtube mengatakan sebetulnya perusahaan telah meninjau secara manual dan menghapus ribuan konten video yang menyajikan informasi yang salah soal virus corona sejak Februari 2020.
Badan Industri Telekomunikasi Global, GSMA pun angkat bicara soal teori konspirasi virus corona dengan 5G. Direktur Jenderal GSMA, Mats Granryd menegaskan teknologi 5G tidak ada kaitannya sama sekali dengan Covid-19.
"Sangat disayangkan bahwa infrastruktur komunikasi (infrastruktur 5G) yang sedang dirampungkan ini diserang berdasarkan hal yang tidak mendasar. Kami meminta semua orang untuk mempercayai informasi dari otoritas kesehatan sebab tidak ada kaitan antara 5G dan Covid-19," tegasnya.
Isu soal teori konspirasi virus corona dengan 5G sudah berhembus kencang khususnya di platform media sosial Facebook.
Dalam satu grup Facebook anti-5G bernama 'Stop5G' telah beredar informasi dan postingan yang menyalahkan 5G sebagai penyebab virus corona. Grup ini memiliki 26 ribu anggota dan secara aktif membagikan postingan dan informasi salah tersebut.
Anggota kelompok lain yang disebut 'STOP 5G U.K' bahkan telah menuding wabah virus corona baru di Italia karena telah meluncurkan 5G.
Teori ini berpusat pada fakta bahwa Wuhan adalah kota pertama di China yang meluncurkan 5G. Hoaks menyebutkan 5G merusak sistem kekebalan tubuh.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) merilis puluhan informasi palsu (hoaks) dan disinformasi soal Covid-19.
(din/DAL)
No comments:
Post a Comment