Saturday, April 4, 2020

Studi: Tak Ditemukan Virus Corona di Air Mata

Jakarta, CNN Indonesia -- Hasil studi Perhimpunan Akademi Dokter Mata Amerika Serikat (American Academy of Ophthalmology/AAO) menilai kemungkinan virus corona menular lewat air mata sangat kecil.

Berdasarkan penelitian AAO yang dirilis pada 25 Maret, tidak ada pasien Covid-19 yang mengalami mata merah atau konjungtivitis pada awal penelitian. Selama penelitian, hanya satu orang yang mengalami konjungtivitis.

Para peneliti, Rupesh Agrawal serta Ivah Seah bersama Pusat Nasional untuk Penyakit Menular, mengambil sampel air mata 17 pasien positif Covid-19 saat mereka mulai menunjukkan gejala dan pulih sekitar 20 hari kemudian.


Sampel tersebut kemudian melewati RT-PCR untuk mendeteksi ekspresi gen, diagnosis identifikasi agen infektif serta penyakit. Hasilnya, mereka tak mendeteksi virus corona (SARS-CoV-2) dalam air mata pasien saat menjalani perawatan selama dua minggu. Tim Pusat Nasional untuk Penyakit Menular juga melakukan hal serupa sambil mengambil sampel dari belakang hidung dan tenggorokan dalam periode yang sama. Hidung dan tenggorokan pasien dipenuhi virus corona, sementara air mata bersih.

"Penulis penelitian menyimpulkan temuan mereka yakni hanya 1-3 persen yang mengalami mata merah. (Ini) menunjukkan risiko penularan virus melalui air mata rendah," tulis studi tersebut.

Dalam studi itu, mereka juga mengutip hasil studi yang dilakukan di China. Dari 30 pasien Covid-19 hanya satu orang yang mengalami peradangan mata (konjungtivitis) dan sampel air mata pasien dinyatakan positif.

Dokter mata tetap berhati-hati

Kendati demikian, AAO per 3 April mengimbau dokter untuk lebih berhati-hati ketika mengecek mata pasien. Dokter mata dianjurkan mengenakan proteksi mulut, hidung, dan mata saat memeriksa pasien yang berpotensi positif Covid-19.

"Beberapa laporan menunjukkan virus yang menyebabkan konjungtivitis folikularis ringan tidak dapat dibedakan dengan virus lainnya," tulis hasil studi.

Imbauan itu diberikan untuk mencegah penularan melalui kontak fisik seperti terkena semprotan dari batuk dan bersin yang mengandung partikel virus masuk ke dalam mata atau menyentuh barang dan kemudian menyentuh mata.

Mereka juga mengatakan virus corona sangat rentan dengan desinfektan yang selama ini dipakai dokter spesialis. Sehingga, dokter mata diminta untuk menggunakan desinfektan tersebut untuk membersihkan peralatan dan tempat sebelum dan setelah memeriksa pasien.

Terpisah, Dokter mata Rina La Destria dari RSCM Kirana juga mengatakan mengikuti imbauan perhimpunan dokter mata AS dengan menghindari pemeriksaan non-contact tonometers, pemeriksaan tekanan bola mata dengan teknik penyemprotan udara yang bisa membuat air mata.

[Gambas:Video CNN]

"Tapi belum ada laporan pasti yang benar-benar pasti ketularan dari air mata saat ini. Yang jelas kontak droplets ya lewat sentuhan," tutur Dokter Rina kepada CNNindonesia.com lewat sambungan telepon pada Sabtu (4/4).

Ia juga menekankan apabila mata mengalami peradangan bukan menjadi gejala utama Covid-19. Oleh sebab itu, ia mengimbau orang-orang dengan gejala mata merah, gatal, belekan, bahkan rasa berpasir tak perlu buru-buru atau langsung ke rumah sakit.

"Kalau belekan, merah, gatal dan berair itu kebanyakan disebabkan virus dan bakteri yang sifatnya sembuh sendiri 2-3 minggu. Cukup jaga kebersihan mata, kompres dingin dan tetes air mata buatan yang bisa dibeli di apotek," Rina menjelaskan.

"Tapi kalau sudah buram, nyeri bahkan sakit, itu sudah emergency dan harus ke dokter mata. Tapi itu juga belum tentu corona. Masih banyak penyakit mata lainnya," tambahnya.

(chr/sfr)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment