Tuesday, April 28, 2020

LIPI Respons Inggris soal Tsunami Ancam Ibu Kota Baru RI

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto meragukan hasil penelitian Inggris yang menyatakan calon Ibu Kota baru di Kalimantan memiliki potensi diterjang tsunami besar. Dia mengatakan data yang yang disajikan hanya diperoleh dari seismik.

"Laporannya secara umum belum memberikan bukti yang cukup meyakinkan. Karena datanya dari data seismik," ujar Eko kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/4).

Eko menjelaskan peneliti yang menyebut adanya potensi tsunami di selat Makassar berasal dari interpretasi gambar seismik sebagai fenomena longsoran yang pernah terjadi di masa lalu. Lalu, dia mengatakan data itu tidak dapat menyimpulkan bahwa longsoran di kawasan itu memicu tsunami, tergantung mekanisme longsorannya.


"Di situ juga disebutkan bahwa dari gambar yang diperoleh itu seolah-olah longsoran memang terjadi secara tiba-tiba dan sebagainya," ujarnya.

Lebih lanjut, Eko tidak menampik fenomena tsunami akibat longsoran material di laut. Misalnya, tsunami Majene pada tahun 1969 yang diakibatkan oleh longsoran dasar laut.


Adapun Selat Makassar, dia menyebut potensi tsunami bisa terjadi mengingat terjadlnya batimetri di sisi timur selat tersebut. Selain itu, sisi sebelah barat selat terdapat sungai besar yang selalu menambahkan sedimen, seperti sungai Mahakam dan sebagainya.

"Sehingga kemudian ketika (sedimen) itu bertumpuk di lerang yang terjal, suatu saat entah karena gravitasi atau karena dipicu oleh guncangan gempa maka itu bisa longsor boleh jadi memicu tsunami. Tapi kita tidak tahu kalau datanya hanya seperti itu," ujar Eko.

"Yang jelas kasus yang pernah terjadi di Selat Makassar adalah tsunami Majene yang memang disebabkan oleh longsoran yang dipicu oleh goncangan gempa," ujarnya.

Di sisi lain, Eko mengatakan setiap wilayah Indonesia memiliki potensi ancaman tsunami. Adapun tsunami di Ibu Kota baru di Kalimantan, dia mengatakan tsunami bisa terjadi karena di pantai timur Kalimantan berhadapan dengan palung Selat Makassar yang terjal dan berada jalur gempa.


"Kalau jalur itu memicu gempa cukup besar itu bisa memicu tsunami yang kemudian bisa gelombangnya itu melanda pantai timur Kalimantan di mana di dalamnya adalah calon Ibu Kota. Tapi kita tahu posisi Ibu Kota tidak diletakkan benar-benar di pantai, kita tidak tahu penataan pantainya akan seperti apa," ujar Eko.

"Artinya kalau itu diatur cukup baik, ancaman itu bisa dikelola," ujarnya.

Lebih dari itu, Eko kembali menegaskan seluruh Indonesia punya ancaman tsunami jika berandai-andai. Dia mengatakan data yang dipublikasikan peneliti baru-baru ini masih sangat general meski dikaitkan dengan sedikit bukti.

"Baru akan menjadi sebuah bukti yang lebih meyakinkan kalau misalkan studinya itu sudah menemukan bukti tsunaminya di tempat yang dikatakan, misalnya calon Ibu Kota itu. Kalau tidak, bagaimana? Sains tidak bicara yang tidak berdasarkan bukti," ujar Eko.

Sebelumnya, tim peneliti Inggris dikabarkan telah mengidentifikasi ancaman tsunami di Selat Makassar, antara pulau Kalimantan dan Sulawesi. Wilayah itu adalah rumah bagi lebih dari 1,6 juta orang dan calon ibu kota baru yang diusulkan oleh rezim Joko Widodo di Teluk Balikpapan, Kalimantan.

Para peneliti telah menganalisis data geologis yang mencakup lebih dari 2,5 juta tahun untuk menunjukkan sumber tanah longsor bawah air yang berulang. Tanah longsor diduga terjadi setiap 160.000 tahun.

Tim tersebut juga telah menemukan bukti setidaknya 19 tanah longsor kuno di dasar laut Selat Makassar. Rachel Brackenridge, yang mengambil bagian dalam penelitian itu mengaku pihaknya menemukan bukti tanah longsor kapal selam terjadi lebih dari 2,5 juta tahun.

"Fenomena itu terjadi setiap 160.000 tahun atau lebih dan berukuran sangat besar. Tanah longsor terbesar terdiri dari 600 kilometer kubik sedimen, sedangkan yang terkecil yang kami identifikasi adalah lima kilometer kubik," ujar Brackenridge.

(jps/DAL)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment