Ghosn saat konferensi pers di Beirut, Libanon menjelaskan dia kabur dari Jepang untuk menghindari persekusi. Dia merasa sistem pengadilan di Jepang tidak adil sebab terdakwa bisa ditahan dalam waktu yang lama tanpa pengadilan.
"Terdakwa melarikan diri ke Libanon. Kami perlu orang-orang di sana yang memahami sistem peradilan Jepang dengan benar," kata seorang pejabat kementerian kehakiman Jepang kepada AFP, dikutip Senin (2/3).Menurut pejabat kementerian itu, wakil menteri kehakiman Jepang tersebut akan bertemu dengan pejabat kementerian Libanon. Jadwal dia kembali ke Jepang disebut pada 3 Maret.
"Ada kritik di komunitas internasional tentang sistem peradilan Jepang. Kami perlu mempromosikan pemahaman yang benar tentang sistem kamu dan memperdalam kerja sama dengan Libanon," kata pejabat yang menolak disebutkan namanya itu.
Ghosn sebelumnya dilaporkan berada di Beirut, Libanon, pada Minggu 29 Desember 2019. Saat itu status hukum Ghosn sedang menunggu persidangan atas perkaranya.
Pria 65 tahun yang punya paspor Prancis, Brasil, dan Libanon itu memang sedang berada dalam masa bebas dengan jaminan dari pengadilan Jepang namun ia tidak diperkenankan keluar Jepang.
Selain itu ia juga dilarang menggunakan internet dan e-mail, serta melakukan kontak dengan pejabat Nissan.
Pelarian Ghosn dari Jepang diduga dengan cara menumpangi jet pribadi. Ia tidak duduk di kabin, melainkan menyusup ke dalam boks yang sudah dilubangi buat bernapas.
Sebagai informasi Ghosn atas sejumlah kasus finansialnya ditangkap untuk pertama kali pada 2018. Ghosn terus membantah segala tuduhan, namun kasus kasus itu terus diproses hingga sekarang.
Alur Cerita Pelarian diri Ghosn. (CNN Indonesia/Fajrian)
|
No comments:
Post a Comment