Friday, February 21, 2020

Tiktok Respons soal Sosialisasi Pancasila Jokowi Jadi Olokan

Jakarta, CNN Indonesia -- Tiktok Indonesia menanggapi dingin anggapan aplikasi media sosial asal China yang sedang digandrungi anak muda ini kurang tepat menyosialisasikan Pancasila.


Kepala Kebijakan Publik Tiktok Indonesia Donny Eryastha mengklaim Tiktok saat ini banyak digunakan untuk hal-hal positif ketimbang negatif.

"Kalau sekarang menurut saya orang-orang sudah tahu bahwa Tiktok ini bisa digunakan untuk hal-hal positif," katanya saat ditemui di Bandung, Kamis (20/2).

Donny mencontohkan kegiatan positif yang dimaksud. Salah satunya dalam acara bertajuk Satu Dekade Mata Najwa, yang mana sang presenter Mata Najwa mengundang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Dalam salah satu sesinya, Najwa menantang ketiga gubernur melakoni Any Song Challenge. Sebelumnya Najwa memutarkan video contoh gerakan yang harus diperagakan Anies, Ganjar dan Emil.

"Jadi silakan saja (menilai). Kita sih sudah cukup confident bahwa Tiktok ini bisa digunakan untuk hal-hal yang positif," kata Donny.


Dia juga menjelaskan bahwa Tiktok terbuka untuk siapapun penggunanya. Selama mereka tidak melanggar community guideline atau panduan komunitas di Tiktok, tidak akan ada masalah.

"Di community guideline itu ada macam-macam ya aturannya. Ada yang boleh dan tidak. Misalnya tidak boleh hatespeech, kekerasan atau hoaks. Jadi selama tidak melanggar silakan, kalau melanggar pasti kita remove konten-konten seperti itu," ujar Donny.

Sebelumnya, pengamat menilai arahan Presiden Joko Widodo kepada Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) penggunaan Tiktok untuk menyosialisasikan Pancasila kurang tepat.

Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi mengaku TikTok kurang pas digunakan sebagai salah satu instrumen sosialisasi nilai Pancasila.

[Gambas:Video CNN]

Sebab ia menilai aplikasi media sosial (medsos) itu identik dengan hiburan dan bahan tertawaan. Sehingga, ia khawatir menggunakan TikTok untuk sosialisasi malah membuat Pancasila menjadi bahan olokan.

Heru menuturkan semua medsos sejatinya bisa digunakan untuk sarana sosialisasi. Akan tetapi, dia berkata Pancasila sebagai sebuah sesuatu yang formal harus disampaikan melalui medsos yang tepat.

"Waspada justru nanti Pancasila jadi bahan olok-olokan. Viral sih viral, tapi ya konotasinya hiburan kan sayang, atau bahkan maksudnya bahas persatuan eh seolah sebatas joget bersama saja," ujar Heru kepada CNNIndonesia.com, Rabu (19/2).

Hal senada diungkap Pengamat digital, Enda Nasution. Menurutnya, penyampaian pesan mesti disesuaikan dengan karakteristik media sosial itu masing-masing.

Menurutnya penyampaian pesan Pancasila lewat TikTok dianggap kurang tepat. Sebab, menurutnya BPIP tidak mungkin menampilkan tarian yang identik dengan konten di dalam TikTok saat ini.

"Jadi tentu tidak bisa sekedar menggunakan. Pemilihan kanal juga harus dipikirkan. Tapi balik lagi ke materi yang efektif, yang kemudian orang bisa nyambung," ujar Enda kepada CNNIndonesia.com.

(hyg/DAL)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment