Ia menyebut layanan ecommerce itu memang berkembang dari luar negeri. Namun, ia tidak mempermasalahkan jika JD.ID lantas menjadi unicorn di Indonesia. JD.ID merupakan anak perusahaan dari JD.com, salah satu usaha ecommerce di China.
"Itu berkembang dari luar negeri, tidak berawal dari startup Indonesia. Tapi, karena ini untuk semarakkan e-commerce Indonesia, kita sambut," ujar Johnny di Jakarta, Selasa (25/2).
Sebelumnya, JD.ID disebut mengaku telah memiliki valuasi lebih dari US$1 miliar. Namun, JD enggan membeberkan pendanaan yang ia dapat sehingga ia bisa menyentuh angka valuasi tersebut, demikian dilaporkan Daily Social.
Sebelumnya, JD.ID sempat mengumpulkan pendanaan seri F. Dalam pendanaan itu, Gojek ikut berinvestasi bersama dengan Google dan Tencent.
Johnny menuturkan valuasi perusahaan yang kini menyentuh nilai US$1 miliar diharapkan bisa berdampak juga bagi berbagai kelas bisnis di Indonesia.
"Tapi yang terpenting bukan hanya untuk bisnis medium to high,tapi small to medium. Petani, nelayan, peternak bisa masuk ke sana. Masuk di marketplace," ujarnya.
Lebih lanjut, Johnny enggan menargetkan berapa banyak startup di Indonesia yang akan menjadi decacorn pada tahun 2020. Sebab, dia mengaku pihaknya hanya menjadi akselerator.
"Kami hanya sebagai akselerator agar business to business bisa tumbuh," ujar Johnny.
Di sisi lain, Johnny menyampaikan bukan hanya e-commerce yang memiliki potensi untuk menjadi unicorn atau decacorn. Dia menegaskan semua usaha hang memakai ruang digital memiliki potensi yang besar untuk memiliki kapitalisasi besar.
Johnny kembali menyampaikan JD.ID itu perusahaan global yang masuk jadi unicorn Indonesia. Dia berkata hal itu memperlihatkan bisnis digital di Indonesia berkembang dengan baik.
"Jangan mempertimbangkan dari dalam negeri luar negeri," ujar Johnny.
JD.ID masuk ke Indonesia pada 2015 sebagai hasil patungan dengan perusahaan investasi Provident Capital. Ini adalah perusahaan investasi yang fokus pada pasar Asia Tenggara. Perusahaan ini juga menjadi salah satu investor Gojek, seperti dilaporkan Tech In Asia. (jnp/eks)
No comments:
Post a Comment