Jumlah tersebut masing-masing berasal dari MUFG senilai Rp9,9 triliun dan Rp2 triliun dari TIS Inc. Melansir Nikkei Asian Review, kedua investor asal Jepang itu ingin mengembangkan layanan keuangan kepada pengguna Grab di Asia Tenggara.
Presiden Grab Ming Maa mengatakan pihaknya akan bersama-sama mengembangkan produk keuangan serta membangun infrastruktur pembayaran digital di Asia Tenggara.
"Investasi yang ditujukan ke Grab sendiri merupakan bentuk kepercayaan mereka (MUFG dan TIS) pada strategi super-app Grab (berbagai layanan dalam satu aplikas) dan kemampuan kami untuk membangun bisnis jangka panjang yang berkelanjutan," ujar Maa mengutip Channel News Asia, Kamis (27/2).
Grab mengatakan akan menggunakan dana tersebut untuk menawarkan produk dan layanan pinjaman, asuransi, pembayaran, maupun pembiayaan mikro bagi konsumen dan usaha kecil dan menengah (UKM) di Asia Tenggara.
Selain itu, tak menutup kemungkinan Grab akan menginvestasikannya untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan machine learning.
Merespons kerja sama tersebut, Deputy President MUFG Hironori Kamezawa mengaku menyadari digitalisasi perbankan dan fintech-nya tertinggal jika dibandingkan dengan negara maju lainnya. Sehingga bank memerlukan sinergi teknologi canggih dan keahlian manajemen data milik Grab.
"Kami percaya kolaborasi ini bakal menjadi transformasi digital berkelanjutan," katanya.
"Bank harus melakukan investasi yang cukup dalam teknologi baru, membangun manajemen yang fleksibel dan adaptif yang cocok untuk lingkungan yang cepat berubah."
Sebagai informasi, ekspansi Grab ke sektor keuangan meningkat selama beberapa bulan terakhir. Sebagai pilar utama pertumbuhan, Grab akan terus berinvestasi dalam bisnis barunya tersebut.
Target utama untuk layanan keuangan yang tengah dikembangkan yakni orang Asia Tenggara yang dianggap tidak terjangkau akses ataupun memiliki rekening bank.
Banyak orang Asia Tenggara yang hingga kini masih tidak memiliki rekening bank. Sekitar 50 persen orang Indonesia yang memiliki rekening bank, sementara di Vietnam dan Filipina hanya sekitar 30 persen yang sudah memiliki akses ke bank. (fri/fef)
No comments:
Post a Comment