Friday, February 21, 2020

Batas Mematikan Radiasi Radioaktif Cesium-137 di Batan Indah

Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti nuklir menyatakan 7 warga yang terpapar radiasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137) masih berada di bawah ambang batas aman.

Mantan Kepala BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto menyebut untuk mengukur paparan radiasi, Batan memakai satuan sievert (Sv). Misal, seseorang menerima radiasi 10.000 mikroSv maka selang beberapa minggu ia akan meninggal dunia.

Namun, menurut pria yang saat ini juga menjadi anggota Dewan Riset Nasional itu, jika seseorang menerima paparan radiasi hanya 1.000 mikro Sv maka potensi terjangkit penyakit kanker naik 5 persen.

"Dari sembilan warga tersebut, [...] 2 orang terdeteksi Cs-137 namun di bawah ambang batas. Maksudnya, dari 2 warga tersebut masing-masing 0,12 mSv/tahub dan 0,05 mSv/tahun. (Masih) jauh di bawah (batas) maksimal radiasi yang boleh diterima masyarakat (sebesar) 1 mSv/tahun. Artinya, resikonya sangat rendah," jelas Djarot lewat akun Facebook, seperti dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Jumat (21/2).


Cs-137 adalah salah satu jenis zat radioaktif yang ditemukan di Perumahan Batan Indah, Serpong, Tangerang Selatan Sabtu (15/2) pekan lalu.

Ketua BATAN Djarot Sulistio Wisnubroto menyebut semua jenis radioaktif jika paparan radiasinya rendah, maka tak terlalu berdampak besar.

"Berbahaya itu dari sisi dampaknya. Mau Cs-137 atau yang lain kalau misal radiasinya sangat rendah, ya potensi merugikannya rendah. Asumsikan seperti api, (kalau) jadi lilin oke, (tapi kalau api membesar dan) membakar hutan dampaknya (jadi) besar," kata dia saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Meski begitu jika dikaitkan dengan kasus di Perumahan Batan Indah, saat pertama kali ditemukan kadar radiasi hanya 200 mikroSv. Artinya, tidak berpotensi menimbulkan penyakit kanker.


"Ketika pertama kali ditemukan, besarnya sekitar 200 mikro Sv. Sekarang setelah di clean-up [dibersihkan] sudah 6 mikroSv," tegas Djarot.

Lewat akun Facebook pribadinya, Djarot membeberkan secara gamblang batas radiasi radioaktif yang berpotensi menimbulkan kanker. Dia menuliskan batas yang telah disepakati para ilmuwan ialah 100 mikroSv.

"Yang mulai berpotensi menjadi kanker adalah 100 mikro Sv. Tetapi komunitas nuklir sangat paranoid dan konservatif. Pekerja radiasi atau nuklir maksimal dalam setahun hanya boleh menerima dosis efektif rata-rata 20 mSv dan untk masyarakat jauh lebih rendah lagi, 1 mSv dalam setahun," kata Djarot.

Djarot pun sempat memberikan contoh lain terkait kemunculan zat radioaktif yang terjadi di Fukushima Daiichi, Jepang tahun 2011 dan Chernobyl Rusia tahun 1986.

[Gambas:Video CNN]

"Saya ambil contoh Fukushima yang datanya mudah diakses, sebagian besar wilayah yang dulu terkena paparan tinggi sudah clean-up, sehingga beberapa lokasi sudah bisa dihuni lagi," ucapnya.

"Karena rilis kontaminasi berasal dari PLTN, maka tidak hanya Cs-137, banyak zat radioaktif lain. Kalau Batan Indah hanya satu sumber saja Cs-137, tidak bisa dibandingkan antara kecelakaan PLTN Chernobyl dan Fukushima," pungkas Djarot. (din/eks)

Let's block ads! (Why?)

No comments:

Post a Comment