"Momen terendah hidup saya ada di tiga-empat bulan pertama. Saat itu [kedai] sudah mau bangkrut, saya sudah tidak bisa bayar karyawan juga," kenang Shendy dikutip dari Official YouTube Channel Grab, Senin (30/12).
Melihat kondisi usahanya yang sudah di ambang kebangkrutan, Shendy sempat berpikir untuk menutup Kandang Ayam-nya. Namun ia mengurungkan niat tersebut dan terus melanjutkan usahanya dengan mencari akal menggenjot penjualan warungnya.
Tak cuma modal nekat semata, ia juga memutuskan mendaftarkan Kandang Ayam ke GrabFood. Dalam hitungan bulan saja, ia mengaku usahanya naik signifikan. Selain didatangi banyak pengunjung, pembeli yang memesan melalui aplikasi GrabFood tak kalah banyak.
"Ramai, hasil omzetnya naik banyak banget. Jadi dalam empat bulan hampir bangkut, empat bulan kemudian saya payback."Shendy melanjutkan, tanpa bantuan teknologi Grab, dirinya maupun pelaku usaha kuliner lain akan lebih sulit meningkatkan omzet warungnya. Ia mengaku platform GrabFood ini sangat membantu melariskan dagangannya dengan mudah dan cepat.
"Lifestyle manusia kan agak berubah, ya. Platform ini sangat membantu [mitra penjual]. GrabFood kayaknya udah menyumbang di angka 30 persen pendapatan, khususnya pada 2019. Dampaknya juga kerasa banget, yang nggak tahu kandang ayam [dengan GrabFood] jadi tahu. Sangat membantu banget lah platform ini," ujarnya.
Menilik kesuksesan di kedainya sekarang, Shendy berencana membuka kedai cabang di kota lain, tentu dengan menggandeng GrabFood sebagai sales channel Kandang Ayam.
"Kandang Ayam kita bakal ke luar kota. Yang jelas kita butuh GrabFood untuk membantu di mana pun kita berada," pungkasnya. (fef)
No comments:
Post a Comment